Kisah Imam di Hong Kong dan Misinya Mengenalkan Islam
Islam berkembang pesat di Hong Kong.
REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Tersembunyi di jalan setapak yang tenang di Hong Kong, Masjid Ammar dan Osman Ramju Sadick Islamic Center ibarat dunia lain yang terpisah dari sejumlah bar yang tidak jauh di distrik Wan Chai.
Masjid bernuansa putih dengan kubah berwarna hijau pastel itu ada di tengah-tengah bangunan lain. Jika tidak diberi nama mungkin banyak orang yang mengira itu gedung biasa. Di pintu masuk seorang petugas memeriksa suhu setiap orang yang masuk, karena pandemi virus corona.
Di serambi, imam Uthman Yang Xing Ben menyambut jamaah menggunakan bahasa Arab. Jamaah mulai berdatangan untuk menunggu waktu sholat magrib. Sementara di dinding masjid terdapat mozaik yang menggambarkan Masjidil Haram beserta Ka'bah.
"Ini hal yang sangat penting bagi seorang Muslim. Siapa pun yang masuk akan merasakan emosional ketika melihat situs-situs religius ini dengan mata kepala sendiri. Sangat istimewa jika Anda berada di Makkah ada banyak syarat seperti harus sehat, memiliki uang dan waktu," kata Uthman dilansir dari South China Morning Post.
Uthman adalah salah satu dari hanya dua imam berbahasa China, atau pemimpin Islam di Hong Kong yang baru-baru ini menerbitkan sebuah buku berjudul Understanding Islam. Ini adalah buku primer berbahasa China tentang agama Islam yang menjelaskan tauhid, praktik ibadah, dan sejarah umat Islam di Hong Kong.
Baca juga: Cerita Aktivitas Umat Islam di Hong Kong
Umat Muslim telah tinggal di Hong Kong sejak awal era kolonial Inggris pada 1841 ketika mereka tiba dari India. Sebagian besar adalah pasukan perang, ada juga pedagang. Saat ini sekitar 12 ribu keluarga Muslim tinggal di Hong Kong.
Komunitas Muslim membangun masjid perdana yang dinamai Jamia, dibuka pada 1850 di Shelley Street, Central. Masjid ini kemudian direnovasi dan diperbesar, lalu dibuka kembali pada 1915. Masjid itu hingga kini masih berdiri dan dikelilingi oleh bangunan yang menjulang tinggi di lingkungan kelas menengah atas.
Untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah Muslim di Hong Kong, masjid kedua dibangun di Victoria Harbour di Nathan Road pada 1896, kemudian dinamai Masjid Kowloon dan Islamic Center.
Masjid ketiga, yaitu Masjid Ammar dan Pusat Islam Osman Ramju Sadick, tempat Uthman mendedikasikan hidupnya untuk berdakwah dan menjadi imam. Masjid ini dibuka pada 1981. Dinamai Sadick, untuk mengenang seorang Muslim dan arsitek China yang mendanai dan merancang masjid.
Jumlah Muslim di kota terus bertambah. Ketika Uthman tiba di Hong Kong pada Desember 1993, ada sekitar 60 ribu orang. Hinggi kini bertambah menjadi sekitar 300 ribu jiwa.
"Dari jumlah ini, sekitar 60 persen adalah orang Indonesia yang sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Ada 40 ribuMuslim etnis-China, dan 30 ribu berasal dari Pakistan; sisanya berasal dari Timur Tengah, Afrika, dan bagian lain di Asia," jelas Uthman.
Seiring dengan pertumbuhan populasi, dia telah mengamati jumlah organisasi Islam dan restoran halal terus bertambah. Uthman juga yang bertugas menyertifikasi semua restoran dan bahkan hotel bintang lima.
"Sebelumnya, Disneyland dan Ocean Park tidak menyajikan makanan halal, tetapi sekarang mereka melakukannya, seperti halnya Layanan Katering Cathay Pacific," kata dia.
Berasal dari Taian, Provinsi Shandong, China Timur, Uthman sangat ingin mengikuti jejak ayahnya, yang juga seorang imam dan sekarang berusia 85 tahun. Dia harus menjalani pelatihan ekstensif untuk mencapai tujuannya, belajar selama empat tahun di Institut Islam China di Beijing dari 1984 hingga 1988, dan kemudian di Universitas Islam Internasional di Islamabad, Pakistan, selama empat tahun.
Pada 1992, Uni Islam Hong Kong menghubungi Asosiasi Islam China di Beijing, untuk dicarikan seorang imam yang relatif muda berbahasa China di daratan China, setelah tidak dapat menemukan orang yang memenuhi syarat di kota itu. Setelah sekitar satu tahun mengalami rintangan birokrasi, Uthman akhirnya tiba di Hong Kong dan mulai mempelajari dialek Kanton setempat.
Dia kemudian mulai menulis buku Understanding Islam dua tahun lalu karena ia tidak dapat menemukan buku-buku komprehensif tentang agam Islam dalam bahasa China. "Saya ingin membantu non-Muslim memahami Islam dan cara hidup Muslim," kata dia.
Uthman mengatakan Islam adalah agama yang komprehensif dan berbeda dengan kepercayaan lain. Islam menyentuh semua bagian kehidupan seorang muslim.
"Ketika Anda seorang Muslim Anda harus makan makanan halal dan wanita mengenakan jilbab. Anda sholat lima waktu sehari. Umat Buddha, mereka membakar dupa dan berdoa, begitu pun orang Kristen pergi ke gereja dan berdoa, tetapi setelah itu mereka makan apa pun yang mereka inginkan, sedangkan orang Muslim tidak makan daging babi," kata dia.
"Dalam Islam adalah hanya ada satu Sang Pencipta, Allah. Muhammad adalah pembawa pesan. Tidak ada nabi lain setelah dia. Orang-orang Kristen percaya Yesus adalah putra Allah, tetapi kami tidak percaya Tuhan memiliki seorang putra," tambah dia.
Kebersihan diri adalah bagian penting dari Islam. Menurut Uthman, bukunya memuat ilustrasi dan menunjukkan bagaimana orang-orang beriman membersihkan wajah, tangan, dan kaki mereka sebelum ibadah sholat.