Produksi Emas Indonesia Anjlok
Realisasi produksi emas di Indonesia hingga Mei 2020 baru mencapai 9.98 ton.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi emas Indonesia tahun ini mengalami penyusutan di mana hingga Mei 2020 baru 9,98 ton. Realisasi tersebut jauh di bawah pencapaian 2019 sebesar 109,02 ton.
Menurut Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif, penurunan produksi emas itu sebagai imbas dari terpengaruhnya kegiatan produksi PT Freeport Indonesia di Papua, terkait masa transisi dari penambangan terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah.
"Dengan total produksi mencapai 80 ton per tahun, selama ini Freeport menjadi penyumbang terbesar produksi emas Indonesia," kata Irwandy Arif dalam diskusi dengan wartawan secara virtual di Jakarta, Kamis (16/7) petang.
Irwandy memperkirakan masa transisi kegiatan penambangan Freeport bisa mencapai dua tahun. Namun jika perusahaan itu bisa mempercepat proses transisinya maka produksi emas RI juga akan kembali normal yaitu berkisar pada angka 120 ton per tahun.
Irwandy juga menegaskan bahwa jumlah perusahaan tambang emas saat ini mencapai 28 perusahaan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kalau pun Freeport belum bisa kembali normal pada akhir tahun, ia memprediksi produksi emas nasional pada 2020 tidak terlalu jauh dari angka 100 ton.
"Produksi emas mungkin akan berkurang tahun ini karena Freeport belum normal. Kurangnya berapa harus dilihat secara detail sampai akhir tahun ini. Tapi mudah-mudahan tidak terlalu jauh dari 100 ton," katanya.
Irwandy menambahkan kondisi industri pertambangan emas pada saat pandemi Covid-19 relatif stabil. Kegiatan produksi saat ini berjalan normal, hanya sempat terpengaruh sebentar pada Maret - Mei lalu.
Kondisi tersebut juga didukung dengan prospek pasar komoditas emas yang kondusif di mana selama pandemi Covid-19, harga emas justru terus naik hingga 1.800 dolar AS per troy ounce.