Satu Keluarga Berhasil Dikeluarkan dari Kelompok IS
Satu keluarga kembali ke Moldova setelah terjebak di kamp IS.
REPUBLIKA.CO.ID, AL HAWL -- Natalia Barkal dan empat anaknya akhirnya berhasil kembali Moldova, setelah hampir setahun terjebak di kamp untuk keluarga Kelompok Negara Islam (IS) di Al-Hawl, Suriah. Berdasarkan laporan yang dikutip di Al-Monitor, proses pemulangan itu dibantu oleh intelejen Turki dan Moldova.
Natalia Barkal diketahui tiba di al-Hawl pada 2019 silam, namun baru dapat kembali ke kampung halamannya pada Jumat (17/7) lalu. Suaminya, yang berasal dari Suriah menetap bersamanya di Moldova hingga 2013, sebelum pindah ke Manbij, Suriah.
Namun pada 2017, suaminya terbunuh hingga akhirnya Barkal beserta anak-anaknya ditampung di kamp keluarga kelompok militan ekstrimis tersebut.
Kamp Al-Hawl diketahui dikelola oleh administrasi otonom yang dipimpin Kurdi di Suriah utara dan timur. Pemerintah telah berulang kali meminta negara-negara untuk mengambil kembali warganya di kamp, tetapi proses enam kuota repatriasi sejauh ini terbatas.
65.000 orang di kamp, dilaporkan hidup dalam kondisi yang buruk. Sebagian besar penghuni al-Hawl adalah perempuan dan anak-anak dari Irak dan Suriah, tetapi ada pula ribuan perempuan dan anak-anak asing.
Di sisi lain, seorang pejabat administrasi otonom mengatakan bahwa pemulangan Barkal yang dibantu intelejen Turki tidak melalui proses resmi dan tidak disetujui pemerintah setempat.
"Intelijen Turki menyelundupkan mereka keluar dari kamp al-Hawl. Mereka tidak pergi dengan cara resmi,” ujarnya.
Vera Mironova adalah peneliti di Universitas Harvard yang berhubungan langsung dengan belasan penghuni wanita al-Hawl. Dia mengatakan, orang-orang yang melarikan diri biasanya pergi ke Idlib di Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak.
Menurutnya, keterlibatan Turki dalam operasi ini dapat terdiri dari otoritas Turki yang memungkinkan warga Moldova untuk memasuki Turki melalui perbatasan dengan Suriah timur laut.
“Anda tidak bisa hanya muncul di perbatasan Turki. Anda tidak akan pernah bisa melakukan itu tanpa pemerintah pusat meminta Turki mengizinkan Anda,” jelasnya.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (17/7) lalu, pemerintahan otonom mengatakan bahwa intelijen Turki telah berulang kali berusaha untuk menyeludupkan perempuan dan anak-anak yang berafiliasi dengan IS dari al-Hawl.
“Kami Administrasi Otonomi Suriah Utara dan Timur meminta Turki bertanggung jawab atas pelarian dan penyambutan anggota organisasi Daesh," tulisnya dalam pernyataan itu.
Dalam pernyataan itu dijelaskan pula, beberapa kasus pelarian yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Diketahui, kamp tersebut dijaga oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS, yang merupakan kekuatan tempur utama di timur laut Suriah. Kamp itu juga dikelilingi pagar berantai, mengingat lokasi kamp yang berada di daerah gurun dekat perbatasan Irak.
Turki memiliki sekitar 1.000 anggota IS asing dalam tahanannya dan ingin mengirim ratusan dari mereka kembali ke negara asal mereka. Pemerintah juga telah menyatakan niatnya untuk mengekstradisi pejuang IS asing.
Sumber: