Jumlah Pasien Covid-19 di DKI Jakarta Masih Tinggi
55 persen dari pasien positif yang ditemukan adalah orang tanpa gejala (OTG).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, melaporkan kasus Covid 19, melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi DKI Jakarta menyampaikan perkembangan terkini per 19 Juli 2020 terdapat 312 Kasus.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sekaligus penanggung jawab Covid-19 di DKI Jakarta, Firly Mulyani, mengatakan, indeks kumulatif kenaikan Covid-19 masih terbilang tinggi.
"Sampai dengan hari ini kami laporkan, 925 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 4.237 orang melakukan self isolation di rumah,sedangkan, untuk Suspek berjumlah 52.586 orang, jadi masih tinggi," kata Firly dengan Republika, Ahad (19/7).
Menurut data yang dikumpulkan Pemprov DKI Jakarta sudah selesai menjalani isolasi berjumlah 48.646 orang. Sehingga jumlah kumulatif kasus Konfirmasi di wilayah DKI Jakarta pada hari ini sebanyak 16.351 kasus. Dari jumlah tersebut, 10.444 orang dinyatakan telah sembuh, sedangkan 745 orang meninggal dunia.
Firly juga menekankan, untuk kontak langsung secara erat berjumlah 81.327 orang, yang sudah selesai menjalani isolasi berjumlah 73.955 orang, yang masih menjalani isolasi di rumah sebanyak 7.372 orang. Sedangkan, untuk Discarded sebanyak 5.713 orang.
Selain itu, untuk Probable berjumlah 42 orang, yang sudah selesai menjalani isolasi berjumlah 38 orang, dan yang meninggal sebanyak empat orang. Untuk Pelaku Perjalanan berjumlah 1.803 orang, yang sudah selesai menjalani isolasi berjumlah 1.758 orang, yang masih menjalani isolasi di rumah sebanyak 45 orang.
Bersamaan dengan itu, Pemrov DKi Jakarta juga menjelaskan, untuk jumlah untuk rapid test, totalnya sebanyak 279.120 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase reaktif Covid-19 sebesar 3,5 persen, dengan rincian 9.706 orang dinyatakan reaktif Covid-19 dan 269.414 orang dinyatakan non-reaktif.
Adapun kasus positif yang harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab secara PCR dan apabila hasilnya positif dilakukan rujukan ke Wisma Atlet atau RS. Rujukan yang dituju di beberapa wilayah RSUD DKI Jakarta. Kemudian sisanya dilakukan isolasi secara mandiri di rumah masing-masing.
Dalam hal ini juga, masyarakat harus mengingat 55 persen dari pasien positif yang ditemukan adalah orang tanpa gejala (OTG), untuk itu tetap menjaga protokol PSBB transisi dengan menjaga kapasitas ruangan 50 persen dan pastikan keluar rumah dalam kondisi sehat.
Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi DKI Jakarta juga mengapresiasi kantor yang memberlakukan 50 persen Work from Office. Jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga tetap melakukan pengawasan ketaatan di berbagai tatanan, seperti mall, objek wisata, dan pasar.
Sejak tanggal 4 Juni, Kepala Dinkes DKI, dr .Widyastuti, M.km, Jakarta mengeluarkan surat edaran untuk Puskesmas melakukan Active Case Finding selain terus melakukan Contact Tracing. Active Case Finding yang dilakukan oleh Puskesmas di pasar, pemukiman rawan, atau tempat umum lainnya yang diperkirakan terdapat penularan kasus berdasarkan perhitungan epidemologi.
"Covid-19 masih ada di sekitar kita, maka kita perlu terus waspada dengan saling mengingatkan kepada keluarga dan orang-orang di sekitar kita untuk tetap melakukan protokol 3M lawan Covid-19," kata Kepala Dinkes DKI Jakarta Gugus Covid 19.
Widiyastuti meminta untuk masyarakat bisa mengikuti protokol yang ditetapkan setelah dalam sepekan gejala Covid-19 meningkat tinggi angkanya. Dimana sebagai masyarakat tetap mengikuti protokol dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan setelah melakukan aktivitas. Sebab ujarnya, hal kecil ini pun dapat membantu dalam mengurangi angka penularan Covid-19.
Dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta masih membuka kesempatan untuk masyarakat berbagi dengan sesama yang membutuhkan bantuan karena terdampak pandemi Covid-19. Yaitu dengan menjalankan program, Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) dengan dapat memberikan bantuan berupa bahan pangan pokok, makanan siap saji, hingga uang tunai, yang bertujuan untuk membantu korban kehilangan pekerjaan, dan krisis bahan papan,pangan dan sandang.