Human Rights Watch Laporkan Kekerasan Atlet Anak di Jepang
Atlet anak di Jepang mendapat kekerasan fisik, verbal, hingga pelecehan seksual.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Lembaga hak asasi manusia internasional Human Rights Watch (HRW) merilis laporan tentang kekerasan fisik dan verbal terhadap atlet anak di Jepang. Dokumentasi pengalaman 800 atlet di 50 cabang olahraga itu juga mengungkapkan sejumlah pelecehan seksual.
Laporan setebal 67 halaman yang dirilis Senin (20/7) itu berjudul 'Saya Begitu Sering Dipukul Hingga Tidak Bisa Saya Hitung'. HRW menyelidiki hukuman fisik yang menjadi tradisi di olahraga Jepang dan mendapatkan pernyataan langsung dari para atlet.
Laporan itu muncul di pekan di mana Olimpiade Tokyo harusnya dibuka. Karena pandemi virus corona, Olimpiade 2020 ditunda selama satu tahun.
"Kekerasan spesifik yang kami dokumentasikan antara lain; pemukulan, penamparan, tendangan atau lemparan dengan benda (dan) memberikan makanan atau minuman secara berlebihan atau tidak cukup," kata direktur inisiatif global HRW Minky Worden dalam konferensi pers.
Pada 2013 lalu, Komite Olimpiade Jepang (JOC) berjanji mengambil langkah yang diperlukan untuk menghilangkan kekerasan yang terjadi di federasi setelah survei internal menemukan lebih dari 10 persen atlet menjadi korban perundungan atau pelecehan.
JOC juga memotong anggaran ke federasi judo setelah pelatih-pelatih cabang olahraga itu terbukti melecehkan atlet perempuan. HRW mengatakan langkah-langkah yang telah diambil JOC tidak cukup dan meminta Dewan Olahraga Jepang dan JOC menjadikan Olimpiade sebagai katalis perubahan.
HRW mengatakan kekerasan terhadap anak dalam olahraga masalah yang terjadi di seluruh dunia. Sementara, sistem pelaporan tidak responsif, tidak cukup dan samar-samar.
"Human Rights Watch mendesak Jepang mengambil tindakan nyata dan menjadi pemimpin dalam upaya mengatasi krisis global ini," kata Worden.
JOC tidak menjawab permintaan komentar. Laporan HRW berdasarkan wawancara lebih dari 50 atlet dan mantan atlet, survei online yang diisi 757 responden dan pertemuan dengan delapan organisasi olahraga di Jepang.
Sekitar 19 persen dari 318 responden yang berusia 24 tahun ke bawah mengatakan mereka pernah dipukul, tampar, tendang, dibanting atau dilempar benda saat berpartisipasi dalam suatu cabang olahraga. Delapan persen mengatakan mereka mengalami kekerasan verbal dan lima orang melaporkan mengalami pelecehan seksual ketika mengikuti cabang olahraga saat kecil.
"Pelatih memberitahu saya, saya tidak cukup serius berlari, jadi kami semua dipanggil pelatih dan wajah saya dipukul di depan semua orang, saya berdarah tapi dia tidak berhenti memukuli saya," kata salah satu atlet profesional yang dikutip dalam laporan tersebut.