Pandemi Covid-19 Bisa Jadi Momentum PR Bercahaya

PR harus bergerak cepat dan tepat menciptakan strategi komunikasi yang relevan.

Dok IPB University
Sekolah Vokasi IPB University menggelar PR Time (PRime) Sharing Session Series dengan topik “PR dalam Adaptasi Kebiasaan Baru".
Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Berkat teknologi, dunia yang tadinya vertikal, eksklusif, dan individu berubah menjadi semakin horizontal, inklusif dan sosial. Perubahan lanskap bisnis sangat cepat terjadi hanya dalam hitungan bulan saja. Apalagi, saat ini muncul istilah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Selain disrupsi dan VUCA, Ppandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pun ikut menimbulkan berbagai dampak di kehidupan masyarakat, tidak hanya bagi kesehatan, tapi juga kemanusiaan, sosial, dan ekonomi. Hal ini menuntut individu maupun organisasi untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan, termasuk dunia kehumasan atau Public Relations yang responsif dan adaptif.


Hal itu diungkapkan Dr Arif Daryanto, dekan Sekolah Vokasi (SV), IPB University saat membuka PR Time (PRime) Sharing Session Series 1 dengan topik “PR dalam Adaptasi Kebiasaan Baru", Jumat  (24/7).

Kegiatan ini digelar oleh Public Relations Club-Integrated Skill and Empowerment (Precise), salah satu klub peminatan mahasiswa Program Studi Komunikasi SV-IPB University.

Fardila Astari selaku Communications Director Rajawali Foundation sekaligus bagian dari Bidang Riset dan Komptensi Badan Pengurus Pusat (BPP) Perhumas membawakan topik "Be sparkling in the New Normal".

Ia menjelaskan bahwa sebenarnya dampak Covid-19 pada sektor ekonomi, biologis, dan psikologi dapat dijadikan momentum oleh PR untuk bercahaya. Caranya ialah dengan memahami keresahan atau ketakutan di tengah masyarakat. Berbekal pemahaman dan empati, maka PR mampu menyusun strategi komunikasi yang tepat.

Ia juga mengajak peserta agar turut menyukseskan Gerakan pakai masker dan berbicara hal-hal positif. "Mari kita mulai dengan Indonesia Bicara Baik!" ajaknya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Sementara di sesi kedua, Boy Kelana Soebroto berbagi pengalaman dan informasi mengenai strategi humas PT Astra Internasional Tbk dalam adaptasi kebiasaan baru. Ia mengungkapkan bahwa tantangan PR saat ini ialah masa yang tidak menentu, pemilihan timing komunikasi, sistem event komunikasi yang berubah, serta penggunaan media atau platform komunikasi yang baru.

“Berdasarkan kesadaran itu, PR harus bergerak cepat dan tepat untuk menciptakan strategi komunikasi yang relevan di masyarakat,” ujar Boy.

Ia memberikan contoh kegiatan PR di PT Astra Internasional Tbk dalam adaptasi  kebiasaan baru ialah ngobrol santai virtual, virtual media gathering, live sharing, dan lain sebagainya.

"Temui audiens lewat platform media yang tepat. Cari ide atau cara kreatif untuk menarik perhatian dan meningkatkan keterlibatan khalayak dalam sesi online,"  tutupnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler