Israel Setuju Tarik Pasukan, Netanyahu Kirim Utusan ke Doha: Sepakati Gencatan Senjata?
Hamas menunjukkan fleksibilitas tinggi untuk kesepakatan saat pembicaraan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penjajah Israel dilaporkan menyetujui rencana penarikan pasukan dari jalur Gaza setelah negosiasi pertukaran tahanan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mencapai kemajuan.
Harian Israel Haaretz menulis bahwa militer Israel telah mengesahkan sejumlah rencana untuk segera menarik pasukan dari jalur Gaza untuk merespons kemajuan negosiasi tersebut. Israel telah mempertimbangkan sejumlah opsi, termasuk penarikan pasukan melalui Koridor Netzarim, yang membagi jalur Gaza menjadi dua bagian.
Militer penjajah menyatakan kesiapan mereka untuk mengevakuasi pasukan. Mereka juga mengaku siap melaksanakan kesepakatan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, termasuk penarikan segera pasukan dari jalur Gaza.
Dilansir dari Ynews, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan penilaian situasional pada Sabtu (11/1/2025) terkait sandera Israel yang ditahan oleh Hamas. Netanyahu memerintahkan kepala Mossad David Barnea, Kepala Shin Bet Ronen Bar, Mayor Jenderal (purnawirawan) Nitzan Alon dan Penasihat Diplomatik Ophir Falk untuk pergi ke Doha "untuk terus memajukan kesepakatan pembebasan para sandera."
Netanyahu juga dilaporkan telah bertemu dengan Steve Witkoff, utusan khusus presiden AS terpilih Donald Trump. Sementara itu, harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa 90 persen perjanjian Israel-Hamas tentang pertukaran tahanan telah disepakati.
Perwakilan Hamas di Lebanon mengungkapkan, detail perkembangan terakhir mengenai negosiasi gencatan senjata di Gaza. Ahmad Abdel Hadi, kepada Al Mayadeen, mengatakan, Hamas mendesak agar Israel memenuhi tuntutan gencatan senjata tersebut.
"Bola sekarang ada di tangan Netanyahu," perwakilan Hamas di Lebanon, Abdel Hadi, mengatakan kepada Al Mayadeen, di tengah terungkapnya perkembangan yang terlihat dalam negosiasi Doha untuk kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di jalur Gaza.
Sebelumnya, sumber Hamas menyatakan, pihaknya sudah menyerahkan daftar 34 sandera kepada Israel sebagai bagian dari proses negosiasi gencatan senjata.
Menurut Abdel Hadi, Hamas menunjukkan fleksibilitas yang tinggi untuk mencapai kesepakatan selama pembicaraan. Dia mengungkapkan, semua poin yang sebenarnya kontroversial telah berhasil diselesaikan, terutama untuk memastikan berakhirnya penderitaan rakyat Palestina.
Abdel Hadi menyatakan, bola sekarang ada di tangan Netanyahu, terutama setelah Hamas menyetujui semua klausul perjanjian. Menurut Abdel Hadi, hanya Netanyahu yang dapat menghalangi perjanjian atau menandatanganinya.
Ia juga menekankan desakan Hamas bahwa setiap kemungkinan kesepakatan harus mencakup komitmen yang jelas untuk mengakhiri perang sepenuhnya, penarikan penuh dari Gaza, dan pemulangan warga yang mengungsi. Dia menekankan bahwa gerakan tersebut meminta peta yang menguraikan rincian penarikan ini untuk memastikan pelaksanaannya.
Secara umum, suasana menunjukkan bahwa kesepakatan tersebut bersifat menyeluruh, tidak parsial, dan bertujuan untuk mengakhiri agresi secara menyeluruh dan penarikan penuh pendudukan Israel dari daerah kantong Palestina, pejabat Hamas tersebut menjelaskan.
Dalam perincian lebih lanjut kepada Al Mayadeen, Abdel Hadi menambahkan, para mediator sedang menunggu posisi resmi Israel dan penandatanganan kesepakatan. Meski demikian, mereka mencatat pada saat-saat terakhir negosiasi, Netanyahu memberlakukan persyaratan yang dapat ditangani Hamas secara fleksibel untuk menyelesaikan kesepakatan.
"Tidak ada lagi pembenaran atau alasan bagi Netanyahu untuk menghalangi perjanjian ini seperti yang telah dilakukannya di masa lalu. Segala sesuatunya seharusnya berjalan ke arah yang benar, tetapi kita tidak dapat memastikannya karena Netanyahu dikenal karena tipu dayanya."
Media Israel sebelumnya melaporkan pada Senin bahwa pihak penjajah mengusulkan kesepakatan parsial untuk menghindari tuntutan Hamas agar penarikan pasukan sepenuhnya dan diakhirinya perang di jalur Gaza.