Pengusaha Bangkrut, DPRD: Pilihannya Ekonomi Atau Kesehatan!

Pengusaha kolam renang di Kabupaten Bogor mengaku bangkrut setelah tutup empat bulan.

Rahayu Marini Hakim
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Bogor, Agus Salim.
Rep: Rahayu Marini Hakim Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pengusaha kolam renang di Kabupaten Bogor mengeluhkan usahanya yang tidak beroperasi hampir empat bulan, hingga kesulitan operasional. Belum juga mendapatkan izin buka, mereka merasa berada di ambang kebangkrutan.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Bogor, Agus Salim menjelaskan, memang saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dihadapkan dengan dua pilihan. Antara ekonomi dan kesehatan masyarakat. "Memang jika kita bicara ekonomi pilihan kita pahit, antara ekonomi memang banyak yang kolaps. Sisi lain adalah kesehatan, kalau kesehatan atau nyawa tidak ada gantinya,” ujar Agus di gedung DPRD Kabupaten Bogor, Cibinong, Kamis (30/7).

Hingga 31 Juli 2020, beberapa usaha di Kabupaten Bogor memang belum mendapat izin buka. Seperti yang tertuang pada Peraturan Bupati (Perbub) Nomor 42 Tahun 2020 Pasal 5 yang menjelaskan, aktivitas gym, spa, panti pijat atau refleksi, bioskop dan karaoke, termaksud kolam berenang masih harus ditutup. “Kalau ekonomi masih ada peluang-peluang. Nah kalau benar-benar akan buka tolong secara betul dipikirkan dengan baik dan protokol kesehatannya juga harus diperhatikan,” kata Agus.

Anggota Fraksi PKS DPRD Kabupaten Bogor, ini, menjelaskan, situasi sekarang harus diakui ekonomi masyarakat sedang bermasalah. Namun, pihaknya menegaskan kesehatan atau nyawa masyarakat tetap menjadi yang utama.


“Terus terang kita tahu ekonomi sekarang banyak yang ambruk, banyak yang kehilangan pekerjaan tapi bukan berarti kita bisa mengorbankan nyawa. Kita bisa melakukan solusi kreatif untuk membangkitkan ekonomi, serta hiburan air yang tetep buka bisa menjaga keamanannya,” ujar Agus.

Seorang pengusaha kolam renang di kawasan Gunungputri, Irma (40) menyampaikan, pemkab hendaknya memberikan pelonggaran bagi usaha wisata buatan. Setelah tutup lebih dari empat bulan, pihaknya mengurangi 29 karyawan, karena tidak lagi memperoleh pendapatan.

“Kita sudah habis-habisan, kita udah kasih BPKB mobil ke Bank untuk ini, karyawan juga dari 40 sekarang tinggal 11 karena keadaan. Kalo kita tetep gak buka sangat sulit untuk kita ke depannya, saya harap pemerintah bisa melihat perjuangan kita sekatang,” ucap Irman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler