Susah Napas Saat Pakai Masker, Dokter: Tak Masuk Akal!
Semua orang, kecuali kelompok tertentu, harus memakai masker saat pandemi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang menentang penggunaan masker karena mengaku sulit bernapas ketika menggunakannya. Di luar negeri, beberapa orang bahkan menjadikan penyakit yang mereka derita sebagai alasan untuk bebas dari penggunaan masker.
Spesialis paru Dr Mike Hansen mengatakan alasan-alasan tersebut adalah hal yang tak masuk akal. Hansen menegaskan bahwa dalam kondisi pandemi seperti ini tiap orang harus menggunakan masker.
"Alasan seperti ini bagaikan orang-orang yang tidak disabilitas memarkir mobil di area parkir disabilitas," ujar Hansen, seperti dilansir Men's Health.
Mengacu pada aturan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC AS, hanya ada segelintir kelompok yang tidak diperkenankan menggunakan masker. Berdasarkan aturan tersebut, masker kain tidak diperkenankan untuk dipakaikan pada anak di bawah dua tahun, orang yang mengalami kesulitan bernapas, orang yang tidak sadar, orang yang lumpuh atau yang tidak bisa melepas masker sendiri tanpa bantuan.
Di luar kelompok-kelompok itu, masker bisa digunakan tanpa masalah. Udara bisa keluar dan masuk ke area di sekitar masker dengan bebas. Kacamata yang berembun pada saat seseorang menggunakan masker merupakan salah satu bukti bahwa udara bisa keluar dan masuk dengan bebas melalui masker.
Dengan kata lain, kesulitan bernapas tak akan terjadi selama masker digunakan dengan benar. Sering kali perasaan sulit bernapas saat menggunakan masker disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaan masker itu sendiri. Masker yang digunakan mungkin terlalu tebal atau terlalu ketat pada wajah.
"Orang-orang bisa merasa 'saya merasa kesulitan bernapas' tanpa mengalami kesulitan bernapas yang sebenarnya," jelas Dr Hansen.
Meski aturan CDC sudah jelas terkait siapa yang tak boleh menggunakan masker, beberapa negara bagian di Amerika Serikat mengeluarkan aturan sendiri. Di Kalifornia, misalnya, orang-orang yang menderita penyakit, masalah kesehatan mental, atau disabilitas diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker.
Hansen menilai aturan pengecualian seperti ini tak jelas karena tidak memuat secara spesifik kondisi kesehatan seperti apa yang boleh tidak menggunakan masker. Hansen menilai hal ini terjadi karena memang tak ada pengecualian medis terkait penggunaan masker.
"Kecuali seseorang mengalami maasalah kondisi kulit yang berat pada wajah mereka, seperti luka bakar tingkat dua atau tiga," papar Hansen.
Hansen mencontohkan, dia memiliki banyak pasien yang benar-benar mengalami kesulitan bernapas. Pasien-pasien tersebut kerap membutuhkan tambahan oksigen sepanjang waktu.
"Mereka pun tetap bisa menggunakan masker," ungkap Dr Hansen.