Pandemi Ubah Desain Kabin di Masa Depan
Kursi kabin pesawat akan berubah warna apabila sudah dibersihkan.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Psikologi warna bisa digunakan di kabin pesawat terbang masa mendatang untuk membuat penumpang merasa aman terkait aspek kesehatan selama perjalanan. Skema tersebut diaplikasikan oleh PriestmanGoode, studio desain kabin yang berbasis di London, Inggris.
Studio merancang kursi kabin pesawat terbang yang bersahabat untuk penumpang, dan akan sangat cocok digunakan di tengah masa pandemi atau sesudah wabah ini berlalu. Konsep kabin itu diberi nama "Pure Skies", yang fitur utamanya adalah bisa berubah warna setelah melalui proses pembersihan.
Dengan kelebihan itu, penumpang bisa merasa lega dan yakin bahwa kursi kabin yang mereka duduki benar-benar telah dibersihkan. Kursi berwarna ungu selama proses pembersihan, lantas warnanya berangsur-angsur menjadi peach dan kuning begitu pesawat menempuh penerbangan.
Kepala Divisi CMF (pewarnaan, bahan, dan penyelesaian) PriestmanGoode, Maria Kafel-Bentkowska, menjelaskan inovasi itu menggunakan cahaya UVC dan energi panas. Tim juga memakai tinta fotokromik dan termokromik pada kursi sehingga bereaksi terhadap metode pembersihan yang dipakai.
"Kami membawa higienitas ke level baru dengan meningkatkan pengembangan terkini kami dan berpikir ulang tentang konstruksi pelindung kursi. Menghilangkan banyak hal kecuali yang benar-benar esensial untuk fungsionalitas," ujarnya, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Rabu (5/8).
Pencahayaan yang diatur sedemikian rupa juga berfungsi membuat penumpang merasa lebih tenang selama perjalanan. PriestmanGoode percaya semua kombinasi teknologi tersebut sesuai dengan pesan yang hendak dihadirkan maskapai, yakni higienitas dan keamanan.
PriestmanGoode membagi kabin barunya menjadi dua area - Pure Skies Rooms (kelas bisnis) dan Pure Skies Zone (kelas ekonomi). Keunggulan lain dari konsep kursi tersebut adalah keberadaan layar pemisah yang membuat penumpang nyaman, serta cangkang jok tanpa celah untuk menghindari kotoran terperangkap.
Seluruh kursi tidak akan memiliki layar hiburan, nampan, dan kantong kursi karena berpotensi menjadi sarang kuman. Nampan makanan akan disediakan awak kabin ketika sudah saatnya troli layanan datang. Sebagai ganti kantong kursi, tiap penumpang bisa memilih tas yang bisa dilepas-pasang.
Karena tak ada layar hiburan, maskapai disarankan menyewakan perangkat kepada penumpang yang bisa menjadi peluang komersial tambahan. Sementara, penumpang di kelas bisnis memiliki ruang personal yang disekat dengan tirai. Sistem hiburan di kelas ini sepenuhnya disinkronisasikan dengan perangkat pribadi.
Salah satu pendiri sekaligus Direktur PriestmanGoode, Nigel Goode, menyebut karya terbaru dari studionya sebagai inovasi pragmatis. Dia mengatakan, perusahaannya punya pengalaman lebih dari 30 tahun sehingga tahu bagaimana memanfaatkan desain untuk mencapai perubahan positif jangka panjang.
"Kami memiliki visi membayangkan skenario masa depan dan mempertimbangkan perilaku baru penumpang yang didorong oleh pandemi global, guna memastikan desain kami dapat diimplementasikan serta akan memenuhi persyaratan pengguna dan maskapai bertahun-tahun lagi," kata dia.