Israel Diguncang Aksi Protes, Netanyahu Dianggap Gagal
Pemerintah Israel di bawah Netanyahu dianggap gagal atasi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ribuan warga Israel berunjuk rasa di luar kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Sabtu (8/8). Mereka memprotes penanganan krisis akibat pandemi Covid-19 dan menuding Netanyahu melakukan korupsi.
Aksi protes ini tidak hanya terjadi di sekitar kediaman Netanyahu, tetapi juga meluas hingga ke jembatan dan persimpangan jalan raya di seluruh negeri, sebagaimana dilansir dari VOA News, Ahad (9/8).
Di jalan raya Tel Aviv, para demonstran mengibarkan bendera hitam dan meneriakkan slogan-slogan. Klakson mobil-mobil pun dibunyikan. Seorang pengunjuk rasa, Yael, mengatakan telah kehilangan pekerjaannya di sebuah restoran Tel Aviv. Dia juga menyebut bantuan pemerintah telat datang.
"Anda berpikir krisis yang terjadi sekali seumur hidup seperti ini akan mendorong Netanyahu untuk bertindak, dan ternyata tidak. Cukup sudah," kata Yael.
Israel pada bulan Mei mencabut masa lockdown atau karantina di beberapa wilayah karena menyebabkan pertumbuhan ekonomi Israel melandai. Lonjakan kasus Covid-19 yang kedua dan kebijakan pembatasan berikutnya telah membuat kepercayaan terhadap Netanyahu menurun sampai di bawah 30 persen.
Sejak saat itu, banyak pembatasan yang telah dicabut untuk menghidupkan kembali ekonomi. Namun, pengangguran di sana mencapai 21,5 persen dan ekonomi diperkirakan akan berkontraksi 6 persen pada 2020.
Gerakan protes telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Para pengkritik menuduh Netanyahu terlibat dalam kasus korupsi tetapi dia sendiri menyangkal melakukannya. Sebaliknya, Netanyahu, menuding para pengunjuk rasa menginjak-injak demokrasi dan media Israel meruncingkan situasi.
Partai Likud sayap kanan Netanyahu menyebut aksi protes itu sebagai kerusuhan dari sayap kiri dan menuding media Channel 12 Israel melakukan segala cara untuk mendorong aksi demonstrasi sayap kiri untuk melawan perdana menteri.