Pemprov Jateng Bantu Serap Bawang Putih Petani

Jika ada kelebihan pasokan lokal, bawang putih akan disalurkan ke daerah lain

Antara/Anis Efizudin
Warga menjemur bawang putih lokal varietas Lumbu Kuning di kawasan lereng gunung Sumbing desa Legoksari, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (1/7/2020). Sebagian besar petani memilih untuk menyimpan bawang putih hasil panen tahun ini karena harga jual di tingkat petani masih rendah, yaitu untuk kualitas A hanya dihargai Rp30.000 per kilogram turun dari harga tahun sebelumnya yang mencapai Rp50.000 per kilogram. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc.
Rep: bowo pribadi Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bersama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah  membantu mengupayakan penyerapan hasil panen bawang putih lokal yang belum terserap pasar.


Kedua instansi tersebut telah melakukan pendataan sekaligus penghitungan berbagai komoditas hortikultura yang mengalami surplus baik di tingkat petani maupun di tingkat pasar untuk ditangani pemerintah.     

Hal ini ditegaskan Kepala Disperindag Provinsi Jawa Tengah, Arif Sambodo, saat menanggapi persoalan belum terserapnya hasil panen bawang putih lokal oleh pasar, yang dikeluhkan para  petani di sejumlah daerah di Jawa Tengah.  

Ia mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah tetap berkomitmen untuk membantu para petani di derahnya dalam memasarkan hasil panen yang lambat terserap oleh pasar.

Saat ini, Disperindag bersama Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah telah melakukan pendataan dan penghitungan produk- produk holtikultura yang melimpah, baik di tingkat petani maupun di tingkat pasar.

Hal ini untuk memetakan produk hortikultura apa saja yang akan surplus, kemudian disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah guna diupayakan kebijakan untuk mendorong penyerapan.

“Apakah nanti akan disalurkan kepada Industri Kecil Menengah (IKM) yang membutuhkan sebagai bahan baku atau melalui mekanisme penyerapan yang ain,” ungkapnya, Senin (10/8).

Khusus untuk komoditas bawang putih lokal unggul yang kini dikeluhkan sejumlah petani, lanjut Arif, Disperindag bakal berkoordinasi untuk mendata kebijakan penyerapan komoditas bawang putih bagi untuk kebutuhan IKM.

Jika masih ada kelebihan, rencananya bakal disalurkan ke daerah lain yang masih membutuhkan dukungan pasokan bawang putih. “Sehingga, aka nada kerjasama dengan daerah lain juga agar hasil panen petani bawang putih lokal tersebut bisa terserap,” katanya.

Arif juga mengaku secara teknis belum mengetahui jika komoditas bawang putih saat ini sedang surplus di pasaran, setelah sejumlah daerah penghasil mulai memasuki masa panen raya.

Kecuali surplus bawang putih yang ada di wilayah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Namun belajar dari pengalaman sebelumnya, jika ada kelebihan surplus akan dikoordinasikan dengan instansi tekait untuk diupayakan solusinya.

“Persoalan yang sama, beberapa waktu yang lampau juga pernah terjadi di Kabupaten Temanggung. Upayanya juga sama, kita koordinasikan dengan Disnas Pertanian dan Perkebunan untuk diambil langkah dalam membantu para petani,” tegasnya.

Perihal lambatnya penyerapan hasil panen bawang putih lokal ditengarai juga dipicu ketersediaan komoditas bawang putih di pasaran, yang hingga saat ini masih melimpah.

Karena penyerapan  konsumen yang juga ikut terpengaruh situasi sulit akibat pandemi Covid-19. Setidaknya ini diamini  pedagang sembako di berbagai pasar rakyat yang ada di Jawa Tengah.

“Karena pemintaan besar dari hotel, restoran maupun katering juga tidak terlalu tinggi akibat banyaknya kegiatan besar, hajat dan sebagainya yang untuk sementara tidak boleh dilakukan di tengah situasi pandemi,” jelas Toni (43), salah satu pedagang.

Di sisi lain, bawang putih impor di pasaran saat ini juga masih cukup banyak. “Sehingga masih sangat wajar jika komoditas bawang putih saat ini masih sangat melimpah,” katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler