Mahathir Mohammad dan Keberaniannya Lawan Yahudi Zionis
Mahathir dikenal sebagai sosok yang tegas lawan Yahudi Zionis.
REPUBLIKA.CO.ID, Mahathir Mohammad dikenal sebagai sosok yang ant-Semit atau anti-Yahudi. Pernyataannya dalam berbagai kesempatan menguatkan pendiriannya tersebut.
Saat KTT OKI di Malaysia, Oktober 2003, misalnya. Mahathir yang kala itu menjabat sebagai perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengingatkan bahwa Yahudi memerintah dunia dengan proksi --melalui tangan negara-negara besar. Kata Mahathir: ''The European killed six million Jews out of 12 million. But today the Jews rule this world by proxy.''
Kaum Yahudi internasional marah atas pidato Mahathir dan menyerukan boikot terhadap Malaysia. Namun, usaha Yahudi itu tak berhasil. Banyak kepala negara/pemerintahan Barat marah kepada Mahathir. PM Autsralia, John Howard langsung menyerang Mahathir, seraya menyebut ungkapan Mahathir ''berbahaya dan menjijikkan''.
Melalui pidatonya, Mahathir sebenarnya bermaksud mengajak umat Islam merenungkan kembali posisi mereka. Mengapa sebagai umat besar tidak dapat berbuat banyak. Dia kemudian membandingkan dengan Yahudi, yang selama 2000 tahun ditindas, lalu berhasil bangkit, menggunakan strategi mengandalkan 'otak' dan ilmu pengetahuan.
Dari segi jumlah, dibandingkan dengan Islam dan Kristen, Yahudi sangat kecil. Dalam Atlas of The World's Religions, disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi 15.050.000. Meskipun demikian, mereka adalah para pekerja tangguh dan memiliki perencanaan jelas dalam pergerakan mewujudkan negara Israel. Dalam Kongres Zionis I di Basel, 1897, pendiri Zionisme modern, Theodore Herzl, sudah mencanangkan berdirinya negara Yahudi, 50 tahun kemudian.
Rancangan itu terwujud dengan berdirinya negara Israel 14 Mei 1948. Dalam pidatonya, Mahathir sebenarnya menekankan umat Islam belajar dari sejarah Yahudi. Bagaimana bangsa kecil yang mengalami penindasan 2000 tahun ini berhasil survive dan bahkan kemudian menjadi salah satu kekuatan dunia (world power). Ia menekankan, Yahudi selamat lebih karena menggunakan 'otak', dan bukan hanya kekuatan fisik.
Bagian pidato Mahathir yang sangat menohok bangsa Yahudi adalah pernyataannya, bahwa Yahudi bukanlah bangsa yang tak dapat dikalahkan Kata Mahathir,''Inilah saatnya kita berhenti sejenak dan berpikir. Jika kita dapat berhenti sejenak dan berpikir, kemudian kita mampu menghasilkan satu rencana, satu strategi yang dapat mengantarkan kita pada kemenangan akhir.''
Kisah maupun berita tentang antisemitisme dan anti-Israel banyak beredar di dunia maya. Google Alerts bahkan mencatat lebih dari 3.000 item antisemit per-tahun.
Dengan data itu, logis jika kemudian Pemerintah Israel membuat sebuah entitas yang berfungsi memilah dan memilih informasi ini, dan mengkategorikannya dari yang biasa hingga hal-hal yang paling ekstrem. Namun, entitas seperti itu hingga kini tidak ada. Meski demikian, ada jalan pintas yang dapat membantu dalam mengumpulkan informasi tentang insiden dan ekspresi antisemitisme yang paling ekstrem. Sejak 2010, Simon Wiesenthal Center (SWC) setiap tahun menerbitkan daftar 10 insiden antisemit global terburuk di dunia.
Dalam beberapa hal, lebih dari satu perkara disebutkan. Selama 10 tahun, gambaran siapa yang menyuarakan antisemit terburuk menjadi lebih jelas.
Di 2010, ia masuk dalam daftar SWC karena pernyataannya, “Orang Yahudi selalu menjadi masalah di negara-negara Eropa. Mereka harus dikurung di ghetto dan dibantai secara berkala ... Bahkan setelah pembantaian oleh Nazi Jerman, mereka selamat dan terus menjadi sumber masalah yang lebih besar bagi dunia".
Meminjam istilah Mahathir, sudah saatnya dunia Islam termasuk kaum Muslim di Indonesia mulai berpikir serius dalam merumuskan srategi perjuangan melawan Yahudi. Sebelum melakukan perlawanan, umat Islam harus tahu persis, di mana posisi-posisi Yahudi di Indonesia: Perusahaan mana saja yang dibiayai Yahudi. Siapa saja pendukung-pendukungnya di Indonesia. Bagaimana cara mereka menguasai umat Islam.
Semua itu harus dipelajari dan dikaji dengan serius oleh umat Islam, agar tidak salah dalam melangkah dan menyusun program perjuangan; agar tidak sporadis dalam melawan kekuatan Yahudi yang sudah menggurita di berbagai sektor kehidupan: Informasi, studi dan pemikiran Islam, keuangan, sampai barang-barang konsumsi rumah tangga. Perjuangan melawan hegemoni Yahudi dan kroninya adalah perjuangan panjang dan membutuhkan keseriusan, ilmu dan kesabaran.