Jalan-Jalan Virtual Melihat Gajah di Hari Gajah Sedunia

Perjalanan virtual memberi kesempatan menjelajahi Taman Nasional Serengeti Tanzania

ANTARA/Irwansyah Putra
Pawang (Mahout) Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet menunggangi gajah sumatra jinak melaksanakan patroli pencegahan konflik satwa di pinggiran kawasan ekosistem hutan Ulu Masen, Aceh Jaya, Aceh, Kamis (23/7/2020). CRU Sampoiniet memiliki empat ekor gajah jinak untuk membantu petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mencegah dan menanggulangi satwa liar memasuki perkampungan penduduk serta merusak tanaman perkebunan.
Rep: Fergi Nadira Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tanggal 12 Agustus adalah Hari Gajah sedunia yang dirayakan untuk menghormati hewan ikonik ini. Pada pergantian abad ke-20, terdapat 10 juta gajah di Afrika.

Namun puluhan tahun adanya perburuan dan hilangnya habitat gajah telah berdampak besar pada makhluk cerdas dan sangat sosial ini. Kini di Afrika hanya tersisa 415 ribu gajah.

Hari ini adalah hari untuk menyebarkan kesadaran tentang ancaman kritis yang dihadapi gajah dan untuk mendukung solusi yang akan membantu memastikan kelangsungan hidup mereka. Untuk memperingati Hari Gajah Sedunia, kampanye Wild for Life Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) telah meluncurkan pengalaman secara daring yang imersif yang memungkinkan Anda berjalan bersama raksasa yang lembut ini.

Baca Juga



Dilansir laman resmi United Nation Environment Programme, perjalanan virtual memberi kesempatan kepada orang-orang untuk menjelajahi Taman Nasional Serengeti Tanzania, rumah gajah Afrika yang terkenal dan beberapa hewan langka lainnya, termasuk singa dan badak hitam timur. Ekspedisi ini adalah salah satu dari tiga trek yang dapat dilakukan pengunjung melintasi ekosistem sabana di seluruh dunia.

Pengunjung juga dapat menjelajahi Australia Utara, rumah bagi kanguru, walabi, dan pohon eukaliptus dan wilayah Cerrado di Brasil, hotspot keanekaragaman hayati Dunia yang luas yang setara dengan ukuran Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan Spanyol. Meski secara geografis berjauhan, ketiga ekosistem unik ini memiliki banyak kesamaan dan semuanya menghadapi ancaman seperti perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Perjalanan virtual akan menunjukkan apa yang membuat sabana unik, spesies yang hidup di habitat, bagaimana manusia mendapat manfaat darinya, dan bagaimana mereka terancam.

Perjalanan sabana adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kesadaran tentang ekosistem yang terancam. Platform Kebijakan Ilmu Pengetahuan Antarpemerintah tentang Jasa Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati yang diselenggarakan oleh UNEP menemukan bahwa satu juta spesies hewan dan tumbuhan menghadapi kepunahan. Kebanyakan karena hilangnya habitat sebagai akibat langsung dari aktivitas manusia.

Dikatakan bahwa negara-negara memiliki waktu singkat untuk membalikkan dekade degradasi lingkungan dan melestarikan apa yang disebut jaring kehidupan. Bersamaan dengan perjalanan sabana, kampanye #WildforLife memungkinkan pengguna menjelajahi ekosistem laut.

Pada September, UNEP juga akan merilis ekspedisi yang meliputi lahan gambut dan hutan. Semua ekspedisi akan menyoroti bagaimana keanekaragaman hayati memberikan barang dan jasa penting bagi umat manusia, bagaimana ekosistem dalam bahaya, dan apa yang dapat dilakukan orang untuk membantu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler