WHO Minta Bantuan Rp 1,1 Triliun untuk Lebanon

WHO minta bantuan sebesar Rp 1,1 T untuk membantu warga yang terimbas ledakan Lebanon

AP/Hussein Malla
Sebuah helikopter militer menumpahkan air di lokasi ledakan besar Selasa yang menghantam pelabuhan Beirut, Lebanon, Rabu, 5 Agustus 2020. WHO minta bantuan sebesar Rp 1,1 T untuk membantu warga yang terimbas ledakan Lebanon.
Rep: Kamran Dikarma Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta bantuan sebesar 76 juta dolar AS atau Rp 1,1 triliun (dengan kurs Rp 14.850 per dolar) untuk Lebanon. Dana itu hendak digunakan untuk membantu warga yang terimbas ledakan Beirut pekan lalu.

"Sepekan setelah ledakan, WHO masih mengkhawatirkan kesehatan dan kesejahteraan orang-orang yang terluka, kehilangan orang yang dicintai, atau menjadi tuna wisma. Pemulihan dari rasa sakit psikologis akibat ledakan diperkirakan berlangsung lebih lama," kata direktur program regional WHO Rana Hajjeh pada Rabu (12/8).

Ledakan Beirut menyebabkan tiga rumah sakit di sana berhenti beroperasi. Sementara tiga rumah sakit lainnya hanya mampu menampung separuh dari kapasitas. Selain itu, hasil awal dari penilaian menemukan dari 55 klinik dan pusat perawatan kesehatan di seluruh Beirut lebih dari separuhnya tak berfungsi. Hal itu tentu turut berdampak pada kemampuan Lebanon menangani pandemi Covid-19.

“Secara khusus, kami prihatin dengan kembalinya Covid-19 di Lebanon. Kami telah meluncurkan seruan sebesar 76 juta dolar AS dan meminta komunitas internasional untuk mendukung rakyat Lebanon dan menunjukkan solidaritas dengan mereka dengan segala cara yang memungkinkan," kata Hajjeh.

Sejauh ini Lebanon memiliki 7.121 kasus Covid-19 dengan 87 korban meninggal. Presiden Lebanon Michel Aoun telah mengatakan kerugian akibat ledakan Beirut mencapai lebih dari 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp 223 triliun. Hal itu dia sampaikan saat melakukan percakapan via telepon dengan Raja Spanyol Felipe VI pada Rabu lalu.

"Informasi utama menyebutkan kerugian melebihi 15 miliar dolar, selain kerusakan pelabuhan dan kebutuhan bahan rekonstruksi untuk membangun kembali infrastruktur yang hancur akibat ledakan," kata Aoun dilaporkan Xinhua.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler