Turki Kecam Normalisasi Hubungan UEA-Israel

Kemenlu Turki mengatakan sejarah tak akan pernah melupakan perilaku UEA.

EPA/Doug Mills
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan perjanjian damai antara Uni Emirat Arab dan Israel
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengecam normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel, Jumat (14/8). Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa, sejarah dan hati nurani masyarakat di kawasan tidak akan pernah melupakan "perilaku munafik" UEA yang menyetujui kesepakatan tersebut.

"UEA diam-diam mengejar ambisi atas rencana Amerika Serikat (AS), dan mengabaikan kemauan Palestina. Sejarah maupun hati nurani di kawasan ini tidak akan pernah melupakan dan memaafkan perilaku munafik UEA," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri, dilansir Anadolu Agency.

Turki juga menyatakan keprihatinan serius atas normalisasi hubungan UEA dan Israel. Menurut Turki, tindakan yang diambil oleh UEA bertujuan untuk menghapus Rencana Perdamaian Arab secara sepihak.

Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, pemerintah UEA tidak memiliki wewenang untuk bernegosiasi dengan Israel atas nama Palestina tanpa persetujuan dari rakyat dan pemerintahannya. Menurut Turki, kesepakatan normalisasi hubungan UEA-Israel adalah bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.

"Dengan demikian, tidak ada kredibilitas dalam menampilkan deklarasi trilateral sebagai dukungan untuk perjuangan Palestina," ujar Kementerian Luar Negeri Turki.

Kesepakatan normalisasi hubungan Israel-UEA tercapai setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan pembicaraan via telepon. Di bawah kesepakatan tersebut, Israel setuju untuk menangguhkan rencana pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat.

Normalisasi hubungan UEA-Israel menandai ketiga kalinya negara Arab membuka hubungan diplomatik secara penuh dengan Israel. Negara Arab lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel adalah Mesir dan Yordania. UEA menjadi negara Teluk Arab pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Beberapa negara menyambut baik kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan UEA. Namun kesepakatan itu telah memicu kemarahan di sebagian besar negara Muslim. Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi antara UEA dan Israel yang dijembatani AS. Menurutnya hal itu merupakan sebuah pengkhianatan. Palestina selama ini tak mengakui upaya mediasi dilakukan AS.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler