Sudahkah Kita 'Bersahabat' dengan Allah?

Banyak orang yang mengaku telah mencintai Allah.

Antara/Irwansyah Putra
Sudahkah Kita 'Bersahabat' dengan Allah? . Foto ilustrasi: Umat Islam melakukan iktikaf di Masjid Haji Keuchik Leumik, Banda Aceh, Aceh, Jumat (15/5/2020). Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan umat Islam melakukan iktikaf di masjid untuk memperbanyak amal dan ibadah serta memohon ampunan kepada Allah SWT
Rep: Imas Damayanti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak cara yang Allah sediakan bagi manusia untuk dapat mengenali dirinya sendiri dan Tuhannya. Allah Mahadekat bagi hamba-hamba-Nya yang sadar, bahkan dekatnya Allah bagaikan sahabat karib bagi seorang hamba.

Kecintaan Allah SWT kepada makhluk-Nya sangat besar. Imam Al-Ghazali dalam kitab Kimia-i Saadah menjelaskan, Allah memercikkan unsur Illahiyah dalam diri manusia. Begitu spesialnya manusia, Allah tundukkan alam semesta untuk dapat menampungnya.

Imam Al-Ghazali menyebut, telah banyak orang yang mengaku telah mencintai Allah. Kendati demikian masing-masing dari mereka harusnya memeriksakan diri untuk berkenan dengan kemurnian cinta yang dimiliki. Ujian pertama adalah: ia mesti tidak membenci pikirannya tentang kematian. Sebab tak ada seorang pun 'teman'-Nya yang takut akan kematian.

Rasulullah SAW bahkan pernah berkata bahwa siapapun hamba yang ingin melihat Allah, sesungguhnya Allah pun berkeinginan untuk melihatnya. Maka tidak mungkin bagi orang yang mencintai Allah menakuti kematian.

Orang yang 'bersahabat' dengan Allah pastilah hatinya senantiasa rindu akan nuansa kebaikan. Bersahabat dengan Allah artinya adalah selalu berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah: "Hamba-Ku, mendekatlah kepada-Ku sehingga Aku menjadikannya sahabat-Ku. Dan ketika Aku telah menjadikannya sahabat-Ku, aku pun menjadi telinganya, matanya, dan lidahnya,". 

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler