Iran Laporkan Kematian Akibat Covid-19 Tertinggi di Timteng
Kasus kematian akibat Covid-19 di Iran tembus 20.000
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Total kasus kematian akibat Covid-19 di Iran telah menembus angka 20.000 jiwa. Itu merupakan jumlah kematian tertingi di antara negara-negara Timur Tengah lainnya.
Pengumuan itu datang setelah Teheran memutuskan untuk melanjutkan ujian masuk universitas yang melibatkan lebih dari satu juta siswa. Iran juga sedang memeprsiapkan upacara peringataan massal Syiah akhir bulan ini. Padahal, Iran saat ini tak hanya sedang bergelut dengan jumlah kematian yang tinggi, tetapi juga angka kasus Covid-19 yang tinggi.
Ahli internasional masih merasa tidak yakin dengan perhitungan kasus di Iran. Bahkan peneliti di parleman Iran menilai angka kematian pada April dua kali lipat lebih besar dari yang diumumkan. Keraguan itu muncul karena perhitungan yang lebih rendah dari seharusnya dan tidak semua orang yang mengalami masalah pernapasan dites Covid-19.
Seperti dilansir Daily Sabah, Iran melaporkan kasus terkonfirmasi sekaligus kasus kematian pertama di waktu yang bersamaan pada Februari lalu. Akan tetapi, lonjakan kasus dalam satu hari baru tercatat pada Juni.
Sebelum kasus pertama diumumkan pada Februari, otoritas Iran mengelak selama berhari-hari bahwa Covid-19 telah masuk ke negara tersebut. Pengelakan itu membuat Covid-19 menyebar cukup pesat terlebih dengan adanya demonstrasi massal pada peringatan Revolusi Islam ke-41 tahun pada waktu itu. Setelah itu, Iran juga sempat menyelenggarakan pemilihan parlemen.
Hingga Rabu (19/8), Iran melaporkan ada total 350.200 kasus terkonfirmasi Covid. Sedangkan, total kematian tercatat sebanyak 20.125 kasus.
Asosiasi Dokter Iran telah menulis surat untuk Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki. Asosiasi tersebut menuntut adanya pelarangan total untuk penyelenggaraan pertemuan, khususnya upacara duka komunal yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
"Kita ada di ambang bencana yang lebih besar," tulis Asosiasi Dokter Iran.