Covid-19, Utang Pemerintah Inggris Tembus 2 Triliun Pound

Utang pemerintah Inggris berada di atas 100 persen dari PDB.

Utang pemerintah Inggris telah mencapai di atas 2 triliun pound. Hal ini merupakan yang pertama kalinya bagi pemerintah Inggris melakukan pinjaman sebesar itu.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Utang pemerintah Inggris telah mencapai di atas 2 triliun pound. Hal ini merupakan yang pertama kalinya bagi pemerintah Inggris melakukan pinjaman sebesar itu. 

Baca Juga


Adapun utang tersebut sepenuhnya digunakan untuk mendukung ekonomi Inggris di tengah pandemi Covid-19. Pinjaman kali ini setara dengan pinjaman Inggris selama satu tahun. 

Berdasarkan data Kantor Statistik Nasional (ONS), dilansir BBC, utang pemerintah Inggris hingga akhir Juli ini tercatat sebesar 2,004 triliun pound. Jumlah tersebut meningkat sebesar 227,6 miliar pound dibandingkan tahun lalu. 

Untuk pertama kalinya juga, utang pemerintah Inggris berada di atas 100 persen dari produk domestik bruto (PDB) sejak 1961. Ekonom memperingatkan situasi ke depan masih akan memburuk.

Meski demikian, Inggris masih mampu menekan defisit di bulan Juli menjadi sebesar 26,7 miliar pound, turun dari Juni lalu yang mencapai sebesar 29,5 miliar pound. Sementara pinjaman hingga akhir Juli diperkirakan akan bertambah mencapai 150,5 miliar pound.

Kanselir Rishi Sunak mengatakan krisis ini telah membuat keuangan negara berada di bawah tekanan yang signifikan. "Kami telah melihat pukulan terhadap ekonomi kami dan mengambil tindakan untuk mendukung jutaan pekerjaan, bisnis dan mata pencaharian," kata Sunak dikutip BBC.

Menurut Sunak tanpa adanya dukungan bagi dunia bisnis serta stimulus untuk masyarakat, kondisinya akan jauh lebih buruk. Namun, Sunak memastikan, ke depannya keuangan Inggris harus dikembalikan ke kondisi normal.

"Angka-angka ini adalah pengingat bahwa kita harus mengembalikan keuangan publik kita ke pijakan waktu yang berkelanjutan, yang akan membutuhkan pengambilan keputusan sulit," ujar Sunak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler