Bamsoet Ingatkan Peran Mahasiswa Berbangsa dan Bernegara

Kemajuan zaman dan teknologi tidak boleh menghapus nilai kemanusiaan dan kebangsaan

istimewa
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyoroti dunia yang masih dilanda perang saudara. Menyebabkan negara seperti Korea terpecah menjadi Korea Selatan dengan Korea Utara, maupun India dengan Pakistan, yang hingga kini masih mengalami ketegangan.
Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyoroti dunia yang masih dilanda perang saudara. Menyebabkan negara seperti Korea terpecah menjadi Korea Selatan dengan Korea Utara, maupun India dengan Pakistan, yang hingga kini masih mengalami ketegangan.


Libanon juga pernah mengalami perang saudara sejak tahun 1975 hingga 1990, diperkirakan lebih dari 200 ribu warga sipil tewas, satu juta jiwa terluka, hingga 350 ribu penduduk mengungsi. Berbagai negara di kawasan Timur Tengah seperti Suriah, Irak, Libya, Yaman dan Somalia, hingga kini masih diselimuti perang saudara yang tak jelas kapan berakhirnya.

"Di Indonesia, hidup 267 juta lebih penduduk, terdiri 1.340 suku bangsa, tersebar di 17.491 pulau, memeluk 6 ajaran agama dan berbagai aliran kepercayaan, serta mengelola kekayaan alam berupa sumber daya hutan, laut, dan mineral yang beraneka ragam. Kesemuanya itu bukan hanya menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia, melainkan juga menyimpan potensi konflik horizontal.

Atas dasar itulah, para pendiri bangsa sejak awal kemerdekaan sudah menyepakati Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam berbagai keragaman," ujar Bamsoet dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Trisakti, secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (24/8).

Turut hadir secara virtual antara lain Rektor Universitas Trisaksi Prof. Ali Ghufron Mukti, Ketua Senat Universitas Trisakti Prof. dr. Pusparini, dan Sekretaris Senat Universitas Trisakti Prof. Dedes Nur Gandarum.

Mantan Ketua DPR RI ini juga mengingatkan, perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tidak boleh menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan dan membutakan visi kebangsaan. Pendidikan sebagai kunci utama dalam membangun karakter bangsa, harus melibatkan unsur wawasan kebangsaan yang kuat. Kelalaian dan sikap abai dalam menyaring masuknya faham-faham radikal dan faham-faham lain yang tidak selaras dengan jiwa Pancasila, dapat merusak mental generasi muda dan sendi-sendi peradaban bangsa.

"Kekhawatiran tersebut bukan mengada-ada. Merujuk beberapa publikasi hasil survey, seperti LSI tahun 2018 yang menemukan dalam kurun waktu 13 tahun terakhir masyarakat yang pro terhadap Pancasila mengalami penurunan sekitar 10 persen, dari 85,2 persen pada tahun 2005 menjadi 75,3 persen pada tahun 2018. Survey yang dilakukan pada akhir Mei 2020 oleh Komunitas Pancasila Muda, dengan responden kaum muda, usia 18 hingga 25 tahun dari 34 provinsi, mencatat hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju bahwa nilai-nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka," tutur Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memaparkan empat alasan mengapa mahasiswa mempunyai peran vital dan kedudukan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, mahasiswa adalah generasi pembelajar yang mempunyai rujukan referensi tidak hanya dari literatur konvensional, tetapi juga dari lingkungan sosial di sekitarnya.

"Kedua, mahasiswa adalah generasi pejuang, yang akan senantiasa dihadapkan pada kompleksitas tantangan zaman. Ketiga, mahasiswa adalah agen perubahan, yang akan menjadi penggerak roda pembangunan dan menentukan arah kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, mahasiswa adalah pewaris estafet kepemimpinan nasional yang akan mengemban amanah kebangsaan dalam membangun peradaban Indonesia di masa depan," papar Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini berharap dari kampus Universitas Trisakti akan lahir generasi bangsa yang unggul. Mengingat dari kampus ini jugalah telah lahir generasi-generasi pejuang, generasi-generasi pemberani bermental baja yang telah berhasil mendorong lahirnya reformasi dalam mewujudkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis.

"Sebagai Ketua MPR RI, saya juga ucapkan terimakasih kepada Universitas Trisakti yang telah memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada Ketua MPR RI 2009-2014 (alm) Taufik Kiemas atas dedikasi dan jasa beliau membangun paradigma kebangsaan, merajut kebersamaan dalam keberagamanan, dan menyatukan ke-Indonesiaan melalui legasi kebangsaan Empat Pilar MPR RI. Atas dasar itu jugalah, pimpinan MPR RI periode 2019-2024 berencana akan mengukuhkan (alm) Taufik Kiemas sebagai Bapak Empat Pilar MPR RI," kata Bamsoet.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler