Kaum Lelaki Lebih Banyak Meninggal karena Covid-19'

Tingkat kematian pria dan wanita dipengaruhi masalah struktur genetik hormonal.

Antara/Galih Pradipta
Warga melintas di samping replika peti mati dengan petugas yang menggunakan APD di kawasan Kemang, Jakarta, Ahad (16/8/2020). Kegiatan tersebut untuk menyosialisasikan bahaya COVID-19 yang dapat menyebabkan kematian.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum laki-laki seringkali menganggap remeh virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Padahal, kaum adam lebih banyak meninggal dunia karena tertular virus tersebut.

Baca Juga


Ahli Psikologi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengutip data dari organisasi kesehatan dunia (WHO) yang melakukan proyek penelitian psikologi Corona di 59 negara dengan kelompok psikologi. "Memang temuan kami konsisten, pertama dari jumlah yang terinfeksi itu, persentasenya 59 persen dialami oleh laki-laki. Kemudian tingkat fatality rate, laki-laki juga lebih banyak yang meninggal dunia dibandingkan perempuan," ujarnya saat webinar bertema Perempuan Lebih Sukses Mengubah Perilaku?, Senin (24/8).

Ia menjelaskan, fatality rate akibat Covid-19 lebih tinggi terjadi pada pria karena masalah struktur genetik hormonal. Artinya, dia melanjutkan, perempuan sebenarnya lebih imun. Kemudian dilihat dari sisi psikologi, ia menyebut penyebab laki-laki banyak tertular dan meninggal akibat virus ini karena laki-laki sebagai kepala rumah tangga diperbolehkan melakukan aktivitas perekonomian dan membuat harus sering keluar rumah di era adaptasi kebiasaan baru (AKB). Celakanya, dia menambahkan, kondisi psikologis laki-laki lebih teledor dibandingkan perempuan dalam mematuhi protokol kesehatan. "Bapak-bapak jangan bangga karena lebih rentan terkena dampak dari Covid-19," katanya.

Ia menyebutkan laki-laki menganggap enteng virus ini sedangkan perempuan jauh lebih takut tertular. Biasanya perempuan memang lebih takut jadi ketakutannya lebih besar dibandingkan laki-laki. Ini membuat perempuan lebih mematuhi protokol kesehatan. "Ini berdasarkan hasil studi dan menjadi menjadi problem," ujarnya.

Kemudian dilihat dari konteks budaya, ia menyebutkan laki-laki punya mitos memiliki maskulinitas dan hebat, jadi tidak mungkin tertular virus. Padahal, ia menegaskan menjalankan mitos dalam konteks penularan Covid-19 ini keliru dan tidak berlaku sebab virus ini tidak memandang laki-laki atau perempuan yang sama-sama bisa tertular. 

Karena itu, ia meminta pria menerapkan perilaku melindungi diri dari Covid-19 dan menghindari virus corona. Sehingga, kaum pria tidak tertular dan menularkannya kepada orang lain. Di antaranya perilaku mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker wajah, mencuci tangan, tidak memegang benda-benda yang tidak perlu, melakukan disinfektan benda-benda yang berpotensi menular. Ia juga meminta kaum laki-laki lebih banyak mendapatkan edukasi dan kampanye mengenai hal ini.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler