Seruan Jerman Agar Rusia Selidiki Keracunan Alexei Navalny
Jerman kerahkan pengamanan ketat di rumah sakit jaga keselamatan Navalny.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Jaramaya, Indira Rezkisari
Alexei Navalny adalah sosok oposisi yang sudah berulang kali mengalami kemalangan hidup akibat sikapnya. Kini ia terbaring koma akibat dugaan kalau Navalny diracun.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, meminta Rusia menyelidiki dugaan keracunan yang dialami oleh tokoh oposisi Rusia itu. Merkel meminta pertanggungjawaban pelaku yang meracuni Navalny, setelah tim dokter di Berlin menemukan indikasi zat beracun di tubuhnya.
"Mengingat peran penting yang dimainkan oleh Navalny dalam oposisi politik di Rusia, pihak berwenang di sana sekarang diminta untuk menyelidiki kejahatan ini hingga detail terakhir, dan melakukannya dalam transparansi penuh. Mereka yang bertanggung jawab harus diidentifikasi dan dimintai pertanggungjawaban," ujar Merkel.
Tim dokter rumah sakit Charite di Berlin telah melakukan pemeriksaan terhadap Navalny secara detail. Mereka menemukan zat beracun yang termasuk dalam kelompok penghambat kolinesterase dalam tubuh Navalny.
"Secara spesifik, zat beracun itu masih belum diketahui, dan kami melakukan serangkaian pengujian komprehensif lebih lanjut," ujar pernyataan rumah sakit Charite.
Tim dokter menyatakan, Navalny sedang menjalani perawatan intensif dan dalam keadaan koma namun tetap stabil. Penghambat kolinesterase adalah sekelompok senyawa kimia yang digunakan dalam segala hal, mulai dari senjata kimia hingga pestisida. Zat ini dirancang untuk membunuh serangga, dan dapat digunakan sebagai obat untuk meringankan gejala Alzheimer dan jenis demensia lainnya. Gas saraf dan yang disebut kelompok bahan kimia “Novichok” juga merupakan penghambat kolinesterase.
Rumah sakit Charite menyatakan, Navalny saat ini dirawat dengan obat penawar atropin. Itu adalah obat yang sama yang digunakan oleh dokter Inggris untuk merawat mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal dan putrinya Yulia. Keduanya diracun dengan zat yang menyeranf saraf pada 2018 di Salisbury, Inggris.
Pemerintah Jerman mengerahkan pengamanan ketat di rumah sakit Charite untuk menjaga keselamatan Navalny. "Karena seseorang dapat mengatakan dengan hampir pasti bahwa itu adalah serangan keracunan, perlindungan diperlukan," kata juru bicara Merkel.
Navalny diduga mengalami keracunan ketika berada dalam penerbangan ke Moskow pada Kamis (20/8). Dia langsung mendapatkan perawatan intensif setelah pesawatnya melakukan pendaratan darurat di kota Omsk, Siberia. Navalny diyakini sengaja diracun melalui teh yang diminumnya dalam penerbangan.
Navalny kemudian dibawa ke Jerman untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Dokter yang merawat Navalny di rumah sakit di Omsk menyatakan, hasil tes menunjukkan bahwa dia tidak diracun dan tidak ditemukan "penghambat kolinesterase". Hal ini bertentangan dengan hasil tes yang ditemukan oleh tim dokter di Jerman.
Navalny tidak menunjukkan tanda-tanda ketika menjalani perawatan dan pemeriksaan di rumah sakit di Omsk. Kementerian Kesehatan regional Omsk mengatakan, hasil tes menemukan kandungan kafein dan alkohol dalam urin Navalny. Tetapi tidak ditemukan racun sintetis.
Kremlin telah berulang kali membantah terlibat dalam insiden keracunan Navalny. Kremlin menyebut tuduhan itu adalah provokasi anti-Rusia, dikutip dari Reuters.
Alexei Navalny berada dalam pengawasan ekstensif pemerintah selama perjalanan ke Siberia. Juru bicara Navalny, Kira Yarmysh, mengatakan pengawasan polisi terlihat sangat jelas selama persinggahan di kota Novosibirsk.
Sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Moskovsky Komsomolets menyatakan, seorang sumber dari kepolisian menggambarkan bahwa petugas mengikuti pergerakan dan pertemuan Navalny di Tomsk. Polisi juga mengidentifikasi apartemen yang menjadi tempat tinggalnya dengan melacak pengiriman sushi, dan mengumpulkan kwitansi dari toko-toko setempat.
Bahkan, polisi menguntit Navalny ketika melakukan perjalanan singkat ke luar kota untuk berenang di sungai Tom. Artikel dalam surat kabar itu dibuat untuk menunjukkan Navalny tidak diracuni ketika berada di kota.
"Petugas keamanan cenderung percaya bahwa jika peristiwa yang terkait dengan keracunan benar-benar terjadi, maka kejadian itu mungkin terjadi di bandara atau di pesawat," tulis surat kabar itu.
Menanggapi artikel dalam surat kabar tersebut, Yarmysh mengatakan kepada Guardian, Navalny beserta rombongan menyadari bahwa mereka diikuti. Hal itu terjadi sepanjang waktu, bahkan ketika Navalny pergi ke daerah untuk perjalanan bisnis.
"Jadi detailnya sama sekali tidak mengejutkan kami. Yang mengejutkan adalah fakta bahwa mereka memutuskan untuk mengungkapkannya kepada publik begitu saja, seolah mengikuti warga biasa dan bahkan mengklaim tagihan mereka dari supermarket adalah bukan masalah besar," ujar Yarmysh.
Navalny adalah seorang pengacara yang mendapatkan reputasinya sebagai musuh Kremlin lewat tulisannya tentang korupsi di pemerintahan. Aksi aktivisnya meluas hingga mengatur protes anti-pemerintahan dan upaya mencari posisi di kantor politik. Sepanjang hidupnya dia sudah mengalami berulang kali dipenjara, serangan kimia, hingga menderita penyakit yang tidak dideskripsikan penyebabnya.
Navalny boleh dibilang membahayakan kehidupannya karena keyakinannya. Ia mulai dikenal publik setelah banyak bersuara tentang potensi korupsi dari politik dan bisnis di Rusia. Di tahun 2008, ia membeli saham perusahaan minyak dan gas Rusia dengan tujuan mendorong transparansi sebagai pemegang saham.
Media televisi di Rusia yang dikontrol pemerintah mengacuhkan Navalny. Tapi investigasinya tentang kontrak para pejabat yang mencurigakan dan gaya hidup mereka yang mewah meraih perhatian lewat saluran YouTube dan media sosial. Informasi yang diungkap oleh Fund For Fighting Corruption milik Navalny menyingkirkan keraguan tentang nasionalismenya dan advokasinya untuk hak kelompok etnik Rusia.
Dia menyebut partai Vladimir Putin sebagai partai pencuri dan penjahat. Tak heran bila Navalny hidup dalam bahaya di Rusia.
Pada tahun 2017, orang tak dikenal melempar disinfektan berwarna hijau ke wajahnya. Salah satu matanya mengalami kerusakan serius.
Ia juga sudah berulang kali dipenjara akibat menggelar aksi unjuk rasa. Saat demonstrasi disiarkan secara langsung dari studio Navalny kerap tampak polisi yang buru-buru menyerbu studio untuk menghentikan siaran.
Masalah legal juga bukan hal baru baginya. Di tahun 2013 Navalny yang telah mendaftar sebagai kandidat Wali Kota Moskow divonis lima tahun penjara akibat tuduhan penggelapan. Dia dituduh mencuri kayu dari perusahaan di kawasan tempat ia bekerja sebagai penasihat gubernur yang masuk kelompok reformis.
Navalny mendapat tempat kedua di pilkada wali kota itu. Sebuah hasil yang cukup baik mengingat ia melawan wali kota pejawat dengan dukungan mesin politik Putin.
Tuduhan penggelapan berlanjut. Navalny divonis bersama saudaranya Oleg dengan kasus penggelapan lain di 2014. Saat Oleg dijatuhkan hukuman penjara 3,5 tahun, hukuman Navalny ditangguhkan.
Meski tidak dihukum, vonis itu menghalangi langkah Navalny maju melawan Presiden Putin di pilpres 2018. Tahun lalu Navalny sempat dipenjara saat musim panas akibat terlibat aksi unjuk rasa. Saat itu dia tiba-tiba sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Versi resmi mengatakan, ia mengalami reaksi alergi. Namun pendukung dan dokter mengatakan saat itu ada kemungkinan Navalny diracun, dilansir dari AP.