Astronom Temukan Jejak Ledakan Bintang Terkubur di Laut
Astronom menemukan isotop besi yang tidak diproduksi di Bumi melainkan bintang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CANBERRA -- Astronom menemukan jejak-jejak ledakan bintang atau supernova di dalam laut. Saat sebuah bintang mendekati akhir hidupnya, bintang kehabisan bahan bakar dan runtuh karena beban gravitasinya sendiri.
Disintegrasi luar biasa terjadi begitu cepat sehingga menghasilkan ledakan yang sangat terang dan kuat yang dikenal sebagai supernova. Supernova terjadi di seluruh alam semesta.
Materi yang dikeluarkan oleh ledakan kematian bintang ini menyebar ke seluruh kosmos dalam nyala api yang membara. Sekarang, tim astronom dari Australian National University (ANU) menemukan jejak supernova kuno di Bumi.
Jejak ini terkubur jauh di bawah air di Samudra Hindia setelah melakukan perjalanan ke Bumi sekitar 33 ribu tahun yang lalu. Penemuan ini dirinci dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences.
Dilansir di Inverse, Selasa (25/8), bintang adalah sumber utama berbagai unsur kimia yang ditemukan di alam semesta. Hampir semua unsur yang kita ketahui berhubungan dengan bintang.
Bintang terbakar menghasilkan helium dari hidrogen yang ditemukan di inti. Di dalam inti bintang terdapat unsur-unsur yang lebih berat melalui proses yang dikenal sebagai pembakaran nuklir.
Saat sebuah bintang meledak, semua materialnya meletus ke luar angkasa. Bencana alam pada dasarnya membentuk medium antarbintang, atau materi yang ditemukan di ruang antara sistem bintang yang berbeda dalam galaksi tertentu.
Beberapa dari materi tersebut dapat bergerak melalui Tata Surya kita sendiri. Tata Surya sering kali melewati awan dari materi antarbintang tersebut. Saat melintas, beberapa dari materi yang sama dapat masuk ke Bumi, meninggalkan jejak pada catatan geologi planet.
Para peneliti di balik studi baru menemukan jejak isotop besi radioaktif dalam lima sampel sedimen yang dikumpulkan dari kedalaman Samudera Hindia. Isotop besi, yang dikenal sebagai 60Fe, diproduksi di bintang-bintang dan terlontar ke medium antarbintang selama ledakan supernova. Isotop besi ini hanya terdapat pada sinar kosmik dan tidak diproduksi secara alami di Bumi.
Kehadiran mereka di sedimen menunjukkan bahwa mereka kemungkinan melakukan perjalanan ke Bumi setelah ledakan supernova, kata para astronom.
Besi diendapkan di Bumi dengan kecepatan 3,5 atom per sentimeter persegi per tahun selama 33 ribu tahun terakhir, menurut penelitian tersebut. Laju deposisi yang lambat ini dalam jangka waktu yang lama menunjukkan bahwa supernova menyebarkan isotop besi ke seluruh medium antarbintang.
Asal usul besi radioaktif kemungkinan adalah supernova berusia satu juta tahun yang menyebarkan partikel debu yang mungkin masih mengambang melalui ruang antarbintang hari ini.
Local Interstellar Cloud (LIC) adalah sumber yang paling mungkin untuk besi. Studi menunjukkan LIC adalah awan antarbintang di galaksi Bima Sakti yang membentang sekitar 30 tahun cahaya. Tata Surya kita telah bergerak melalui LIC selama ribuan tahun sekarang.
LIC berisi sisa-sisa supernova kuno, yang akan menuju ke Bumi saat Tata Surya kita bergerak melalui gelembung antarbintang raksasa ini.
Menurut para astronom, pengukuran lebih lanjut diperlukan untuk membangun garis waktu yang lebih baik tentang kapan tepatnya isotop ini sampai ke Bumi.