2021, Kebutuhan LPG Subsidi Diproyeksi 7,5 Juta Metrik Ton
Selama pandemi, permintaan konsumsi LPG subsidi meningkat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memperkirakan pada 2021 kebutuhan elpiji tiga kilogram akan naik. Pertamina menaksir kebutuhan elpiji subsidi tersebut bisa mencapai 7,50 juta metrik ton.
CEO Commercial & Trading Subholding Pertamina, Mas'ud Khamid menjelaskan, hingga Juli tahun ini realisasi penyaluran elpiji bersubsidi mencapai 4,11 juta metrik ton. Sedangkan hingga akhir tahun, ditaksir penyaluran subsidi bisa mencapai 7,06 juta metrik ton.
"Ini kondisinya. Apalagi selama pandemi ini, konsumsi elpiji bersubsidi semakin naik. Sedangkan elpiji yang non-PSO turun. Hal ini juga dipengaruhi tutupnya beberapa restoran beberapa waktu lalu saat PSBB yang menurunkan konsumsi non PSO," ujar Mas'ud di Komisi VII DPR RI, Senin (31/8).
Mas'ud menjelaskan, untuk konsumsi elpiji bersubsidi 75 persen dikonsumsi oleh rumah tangga. Sedangkan 20 persennya diserap kelompok UMKM. Sisanya sekitar 5 persen di konsumsi oleh para petani.
"Apalagi seperti saat musim kemarau, para petani memilih untuk menggunakan elpiji dibandingkan memakai diesel agar lebih efisien," ujar Mas'ud.
Mas'ud pun menilai perlu adanya langkah substitusi dari penggunaan elpiji subsidi ini apabila tidak ingin APBN terus membengkak karena menutup kebutuhan masyarakat. Jika tidak ada konversi maka konsumsi elpiji akan terus naik dari tahun ke tahun.
"Kebutuhan rumah tangga 1-5 itu butuh 15 kg per bulan. Jadi, setahun 180 kg. Kalau kita melakukan konversi 1,1 juta. Jadi 1,1 juta kai 180 kg. 240 metrik ton kebutuhan tambahan di luar bisnis. Jadi itungan kami, situasi ini maka, di 7,5 juta metrik ton. Ini di batas bawah kami," ujar Mas'ud.