India Kerahkan Sistem Roket Pinaka ke Perbatasan China

Pengerahan sistem roket menandai kesiagaan India hadapi eskalasi konflik dengan China

EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Sejumlah truk tentara India melintas di sepanjang jalan raya menuju Ladakh, di Gagangeer, India, yang berbatasan dengan China, ilustrasi
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Kementerian Pertahanan India telah menandatangani kesepakatan senilai 380 juta dolar AS dengan Tata Power Company, Larsen & Toubro dan Bharat Earth Movers Ltd untuk memperoleh enam sistem roket Pinaka yang terdiri atas 114 peluncur. Perangkat senjata itu akan dioperasikan di wilayah perbatasan dengan China.

Baca Juga


"Enam Resimen Pinaka ini akan dioperasionalkan di sepanjang perbatasan utara dan timur negara kita, yang selanjutnya meningkatkan kesiapan operasional Angkatan Bersenjata kita," kata Kementerian Pertahanan India dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Sputnik pada Senin (1/9).

Pinaka adalah sistem peluncuran roket multi-barel (MBRL). Sistem itu dirancang dan dikembangkan oleh the Defence Research and Development Organisation (DRDO) untuk Angkatan Darat India. Pinaka mampu menghancurkan target berukuran 900 meter persegi. Ia dapat membuang 7,2 ton bahan peledak tinggi ke target yang berjarak 80 kilometer dalam waktu 48 detik, dengan akurasi 25 meter.

Angkatan Darat India berniat memiliki 22 resimen Pinaka pada 2026, termasuk 12 resimen peluru kendali Pinaka. Pengerahan Pinaka ke wilayah perbatasan dengan China menandai kesiapsiagaan India untuk mengantisipasi dan menghadapi eskalasi. Pasukan kedua negara terlibat bentrokan di Ladakh Timur baru-baru ini.

"Pada malam 29-30 Agustus, pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (Cina) melanggar konsensus sebelumnya yang dicapai selama keterlibatan militer serta diplomatik selama kebuntuan yang sedang berlangsung di Ladakh Timur dan melakukan gerakan militer provokatif untuk mengubah status quo," kata militer India dalam sebuah pernyataan.

Seorang pejabat militer mengungkapkan, tentara China dan India terlibat perkelahian tangan kosong. Tidak ada senjata yang ditembakkan dan tak ada korban yang dilaporkan. Pertemuan tingkat komandan brigade sudah dilakukan untuk mengatasi situasi tersebut.

Pada 15 Juni lalu, tentara India dan China terlibat bentrokan di Lembah Galwan, Ladakh. Daerah itu masuk dalam Line of Actual Control (LAC), yakni perbatasan de facto kedua negara. Meski tanpa kontak senjata, bentrokan mengakibatkan 20 tentara India tewas. Sementara, China disebut memiliki 40 korban jiwa, termasuk seorang komandan.

Medan di sepanjang LAC diketahui berupa sungai, danau, dan tebing bersalju. Hal itu menyebabkan garis pembatas kedua negara samar serta dapat bergeser. Alhasil pasukan patroli perbatasan India dan China kerap bersinggungan dan tak jarang memicu perkelahian atau kontak fisik.

Pasca-bentrokan tersebut, China dan India melakukan pembicaraan di level diplomatik serta militer. Kedua negara setuju untuk mengambil langkah-langkah yang bertujuan mengurangi ketegangan di perbatasan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler