Akun Twitter Perdana Menteri India Diretas
Twitter milik Perdana Menteri India Narendra Modi diretas pada Kamis (3/9) pagi.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Akun Twitter milik Perdana Menteri India Narendra Modi diretas pada Kamis (3/9) pagi. Peretas menuliskan cicitan yang meminta para pengikut Modi untuk menyumbangkan dana bantuan melalui mata uang kripto, tapi cicitan itu kemudian dihapus.
"Saya mengimbau Anda semua untuk menyumbang kepada PM National Relief Fund untuk Covid-19 melalui cryptocurrency," tulis peretas dalam akun Twitter Modi dilansir India Today.
Setelah cicitan tersebut, kemudian muncul unggahan yang menyatakan bahwa akun Modi telah diretas oleh John Wick. "Akun ini diretas oleh John Wick (hckindia@tutanota.com), Kami belum meretas Paytm Mall," ujar cicitan itu.
Pada 30 Agustus, perusahaan keamanan siber Cyble mengklaim kelompok peretas John Wick berada di belakang pelanggaran data besar-besaran di Paytm Mall. Diketahui Paytm Mall adalah anak usaha dari e-commerce Paytm.
Cyble mengklaim kelompok peretas John Wick meminta tebusan karena mendapatkan akses tidak terbatas ke database perusahaan. Namun, Paytm tidak menemukan pelanggaran data selama penyelidikan.
Agen keamanan siber India, CERT-In, pada Juli mengeluarkan pemberitahuan kepada Twitter menanyakan platform mikro-blogging, untuk detail lengkap peretasan global yang menargetkan pengguna profil tinggi. Pemerintah India meminta informasi dan rincian tindakan perbaikan yang dilakukan oleh Twitter untuk mengurangi dampak insiden peretasan.
Pada Agustus, para pejabat India mengatakan seorang anak laki-laki Florida berusia 17 tahun menjadi dalang peretasan akun selebritas di Twitter. Kemudian Seorang pria Inggris berusia 19 tahun dan seorang pria berusia 22 tahun di Orlando, Florida juga didakwa berdasarkan undang-undang federal AS atas tuduhan membantu serangan itu.
Sebelumnya pada Juli, akun Twitter dari sejumlah tokoh dunia seperti Warren Buffett, Jeff Bezos, Barack Obama, Joe Biden, Bill Gates, dan Elon Musk juga diretas. Dalam akun Twitter mereka, terdapat cicitan yang terkait dengan mata uang kripto. Cicitan palsu tersebut menawarkan untuk mengirim 2.000 dolar AS untuk setiap 1.000 dolar AS yang dikirim ke alamat bitcoin.