Kisah Wafatnya Mu'adz bin Jabal, Sang Pelita Islam
Mu'adz bin Jabal meninggal dunia dalam usia 33 tahun
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mu'adz bin Jabal merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkemuka. Ia dijuluki sebagai "pelita ilmu dan amal." Sebab, pribadinya yang tidak hanya saleh, melainkan juga sangat berilmu.
Mu'adz bin Jabal masuk Islam bersama dengan sejumlah utusan dari Yastrib (nama dahulu Madinah) yang menghadap kepada Rasulullah SAW pada Perjanjian Aqabah II. Waktu itu, dirinya masih muda, tetapi sudah menampakkan tekad dan komitmen yang kuat terhadap agama tauhid.
Begitu Rasulullah SAW hijrah, dimulailah fase baru dalam kehidupan Mu'adz bin Jabal. Ia selalu mengikuti majelis-majelis ilmu yang diadakan beliau. Begitu pula dalam gelanggang jihad fii sabilillah.
Nabi SAW terkesan dengan kecerdasan dan keberanian sahabatnya itu. Bahkan, beliau mengibaratkannya hampir sama dengan al-Faruq Umar bin Khaththab. Suatu kali, Rasulullah SAW mengutusnya sebagai mubaligh ke tengah penduduk Yaman.
Sebelum berangkat, sahabat itu lebih dahulu ditanyainya, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz?"
"Kitabullah," jawab Mu'adz.
"Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?", tanya Rasulullah SAW lagi.
"Saya putuskan dengan Sunnah Rasul."
"Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?"
"Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Muadz.
Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah," sabda beliau.
Wafatnya
Mu'adz bin Jabal diketahui wafat pada tahun ke-18 Hijriah. Sebelum berpulang ke rahmatullah, ia sempat berada di tengah daerah Syam yang dilanda wabah penyakit. Waktu itu, usianya masih cukup muda, baru 33 tahun. Meninggalnya Mu'adz merupakan kabar duka bagi Muslimin, khususnya Umar yang kala itu menjadi khalifah. Bagaimana tidak? Amirul mukminin merasa, dengan wafatnya maka diangkatlah satu muara ilmu-ilmu agama yang sangat dibutuhkan umat Islam.
Ada satu kisah tentang keadaan Mu'adz bin Jabal sesaat sebelum menemui ajalnya.
Sesungguhnya ketika akan meninggal dunia, Mu'adz menangis. Kawannya lantas bertanya kepadanya, "Apa yang membuat engkau menangis, wahai Mu'adz?"
"Aku tidak takut sakitnya sakaratul maut," jawab sang sahabat Nabi SAW, "tetapi yang aku tangisi adalah diriku yang tidak akan bisa lagi berjihad fii sabiilillah, dan berpisah dengan orang-orang yang dikasihi."