Menjalin Pertemanan Saat PJJ tak Sesulit Bayangan Orang Tua
Anak-anak masa kini sudah terbiasa menjalin pertemanan secara daring.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konselor dan psikolog Pro Help Center dan Reis Community, Nuzulia Rahma Tristinarum, mengatakan dunia pertemanan anak memang akan terdampak saat sekolah menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun, hal ini bukan hal yang perlu terlalu dicemaskan, terutama bagi siswa di sekolah baru.
"Hal ini bisa diatasi dengan membuat pertemanan secara daring," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (12/8).
Menurut Nuzuliam bagi anak-anak dan remaja zaman sekarang, membuat pertemanan secara online bukanlah hal yang terlalu sulit seperti yang dirasakan orang tuanya. Anak anak dan remaja sekarang sudah terbiasa dengan dunia online sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mengatasi persoalan ini.
"Menjalin pertemanan selama PJJ tetap dapat dilakukan oleh anak dan remaja. Mereka dapat saling berinteraksi melalui media sosial atau Whatsapp, Line, Instagram, Zoom, dan lainnya," ujarnya.
Hanya saja, orang tua atau orang dewasa di sekitarnya perlu tetap mengarahkan dan mendampingi agar penggunaan media sosial untuk kebutuham sosialisasi dapat tepat dan manfaat. Yang bisa dilakukan orang tua adalah mencari waktu untuk diskusi pada anak terkait tema ini.
Di lain sisi, Nuzulia menyebut, tidak semua anak membutuhkan teman yang banyak. Maka yang perlu dilakukan bukan menyuruh mencari teman sebanyak-banyaknya, melainkan berdiskusi tentang apa yang nyaman bagi anak.
Berdiskusi dengan anak remaja tentu bukan dengan cara menasehati dan memberi tahu, melainkan dengan cara mengajak mereka berpikir untuk mencari solusi. Terkait kebutuhan sosialisasi, tanya pada anak, apa yang kira kira bisa ia lakukan, rencana rencana apa saja yang akan mereka lakukan.
"Galilah jawaban dari mereka sendiri," tutur Nuzulia.
Keterlibatan sekolah
Nuzulia mengatakan, sosialisasi atau pertemanan bisa dibangun dari diri anak sendiri. Bisa juga, tema sosialisasi ini dijadikan program sekolah.
Untuk menjalin pertemanan, bisa didorong dari berbagai sisi. Dari sisi anak, bisa inisiatif sendiri untuk menjalin pertemanan melalui media sosial atau aplikasi percakapan instan.
Sementara itu, pihak sekolah bisa merancang proses belajar yang memdukung. Misalnya, dengan membentuk aktivitas grup dalam proses belajar sehingga anak anak akan berinteraksi satu sama lain. Selain itu, berikan tugas yang membuat mereka saling menyapa dan bertukar informasi satu sama lain.
"Guru bisa membuat metode belajar yang melibatkan komunikasi dan interaksi antarsiswa," ujar Nuzulia.