Bertemu Rasulullah SAW? Ini Pengalaman 2 Maestro Sufi
Ibnu Arabi dan Imam Al-Ghazali diriwayatkan pernah bertemu Rasulullah SAW.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof KH Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Dalam literatur tasawuf, bermimpi atau bahkan berkomunikasi interaktif dengan orang-orang yang sudah wafat sesuatu yang biasa terjadi di kalangan para arifin. Mimpinya orang saleh, apalagi ulama yang taat dan bersih, dianggap bagian isyarat dari Tuhan.
Dalam Alquran, dapat dipahami bahwa mimpinya para nabi dapat disejajarkan dengan wahyu. Syariah qurban, menyembelih hewan qurban, yang kita lakukan sampai saat ini pada awalnya adalah mimpi Nabi Ibrahim yang diminta untuk menyembelih anak kesayangannya.
Banyak hadits sahih yang meriwayatkan keutamaan mimpi berjumpa Rasulullah SAW. Di antara hadis itu ialah:
من رآني في المنام فقد رآني حقاً فإن الشيطان لا يتمثل بي
"Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak dapat menjelma sepertiku." (HR Muslim dari Abi Hurairah).
Dalam redaksi lain, Rasulullah bersabda: من رآني في المنام فقد رأى الحق "Barang siapa yang melihat aku dalam mimpi, maka dia benar-benar melihat sesuatu yang benar." (HR Muslim dari Abu Qatadah).
Penggambaran Rasulullah SAW dalam Alquran menarik untuk dikaji karena hampir semuanya menggunakan bentuk fi'il mudhari' (present and future), bukannya menggunakan bentuk fi'il madhi (past tense). Salah satu contohnya ialah:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 151).
Kata membacakan, menyucikan, dan mengajarkan digunakan bentuk fi'il mudhari'. Itu artinya Rasulullah masih bisa berkomunikasi aktif dengan umatnya secara khusus.
Mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW tentu merupakan dambaan setiap umatnya. Sejumlah ulama khawas menasihatkan, jika ingin bermimpi berjumpa dengan Rasulullah maka berdoalah kepada Allah SWT, wujudkan rasa cinta yang sangat mendalam, dan banyaklah bershalawat terhadapnya.
Mimpi berjumpa Rasulullah memiliki banyak bentuk, mulai dari melihat anggota badan Rasulullah secara samar-samar sampai menjumpainya secara utuh, bahkan berkomunikasi (batin) dengannya. Mimpi berjumpa dengan Rasulullah merupakan kenikmatan tersendiri. Bagaimana orang yang selama ini kita cintai dan kita rindukan tiba-tiba muncul di hadapan kita. Air mata tak tertahankan dan rasa cinta semakin mendalam.
Ada umatnya yang merasa sangat bahagia karena perjumpaannya dengan Rasulullah bisa dinikmati berulang kali. Pantas sekitar 500 sahabat yang hidup bersama Rasulullah dan masing-masing di antara mereka mengesankan bahwa ‘akulah yang paling dicintai Rasulullah.’
Dalam kitab-kitab kuning banyak sekali dijelaskan pengalaman para sufi yang menggambarkan pengalaman mistisnya menjumpai Rasulullah SAW. Sebagai contoh, suatu ketika Imam al- Ghazali (1058-1111 M) ditanya, "Mengapa engkau sering mengutip hadits-hadits ahad (tidak populer) di dalam kitab Ihya' 'Ulumud Din? Ia menjawab, "Saya tidak pernah menulis satu hadits di dalam buku ini sebelum saya konfirmasikan kepada Rasulullah."
Padahal, Rasulullah wafat tahun 632 M dan al-Ghazali wafat tahun 1111 M, selisih 479 tahun. Kitab Ihya' 'Ulumud Din merupakan masterpiece al-Gazali yang ditulis di puncak menara masjid Damaskus.
Kejadian serupa juga dialami Ibn 'Arabi (1165-1240 M), seorang sufi besar, ketika ditanya seorang muridnya perihal bukunya, Fushush al-Hikam, yang terasa seperti mengandung misteri. Kata muridnya, setiap kali ia membaca buku ini, setiap itu pula ia mendapatkan sesuatu yang baru. Lalu dijawab, "Buku itu memang pemberian Rasulullah langsung kepada saya, bahkan judul bukunya pun dari Rasulullah (khudz hadza kitab Fushuhsh al-Hikam). Padahal, selisih masa hidup Rasulullah dan Ibn 'Arabi terpaut 608 tahun.
Bermimpi menjumpai Rasulullah SAW salah satu bagian dari karunia Allah SWT yang paling tinggi. Jika seseorang ingin memimpikan Rasulullah, tentu harus selalu menghidupkan rasa cinta yang sangat dalam di dalam dirinya.