PLN Catat 2.346 Pelanggan Sudah Pasang PLTS Atap

Berbagai program dilakukan untuk mendorong jumlah PLTS Atap.

Antara/Harviyan Perdana Putra
Seorang warga pemilik panel surya, Agus Nurokhim, membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atap rumahnya di Sragi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Ahad (1/9). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga semester I tahun ini sebanyak 2.346 pelanggan PLN sudah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Rep: Intan Pratiwi Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga semester I tahun ini sebanyak 2.346 pelanggan PLN sudah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Total dari kapasitas terpasang saat ini sudah mencapai 11,5 megawatt.

Baca Juga


Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris menjelaskan saat ini sebaran pemakaian PLTS Atap tersebut paling banyak ada di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Ia mencatat Jakarta dengan 703 pelanggan, Jawa Barat 656 pelanggan, Banten 544 pelanggan. Diikuti Jawa Timur 191 pelanggan, Jawa Tengah dan DIY sebanyak 95 pelanggan, Bali 91 pelanggan, dan Aceh 24 pelanggan.

“Juni 2020 pelanggan PLN yang sudah memasang PLTS 2.346 pelanggan dengan kapasitas 11,5 MW,” ujar Harris dalam diskusi virtual, Rabu (16/9).

Beberapa upaya dilakukan dalam rangka percepatan pengembangan pengembangan PLTS Atap. Pertama, program PLTS Atap di gedung pemerintah dan gedung BUMN. Kedua, program PLTS Atap di gedung komersial. Ketiga, program PLTS Atap pada pembangunan rumah baru (Progam PUPR dan REI).

Keempat, program pemasangan PLTS Atap di rumah pelanggan golongan tarif R1. Kelima, program pemasangan PLTS Atap pelanggan PLN golongan lebih dari 1.300 VA diberikan insentif skema pembiayaan menarik. Keenam, MoU EBTKE & Dewan Pengurus Pusat Persatuan Real Estate Indonesia. Dan terakhir, deklrasai gerakan nasional sejuta surya atap (GNSSA).

“Ketika ada pelanggan yang mau membuat PLTS atap harus membuat permohonan ke PLN, kemudian dokumen akan diverifikasi oleh PLN untuk diteruskan. Misal sudah sesuai tidak ada masalah bisa langsung rekomendasi pembangunan. Kalau belum lengkap dilengkapi,” jelasya.

Harris mengatakan tren energi terbarukan saat ini adalah energi surya dan angin paling banyak diimplementasikan. Biaya pokok produksi untuk PLTS menurutnya saat ini semakin murah yakni 1,35 sen per kWh. Bahkan jika dibandingkan dengan pembangkit fosil batu bara yang tidak dikenai biaya karbon masih lebih murah.

Lebih lanjut ia mengatakan rencana penambahan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) 2020-2024 berdasarkan RPJMN total penambahan kapasitas secara komulatif mencapai 9.050 MW. Sementara porsi untuk surya sebesar 2.089 MW.

“Kita baru 9,15 persen dari target 23 persen masih ada gap yang cukup besar yang harus kita kejar salah satu yang kira harap berikan peran besar adalah EBT dalam bentuk energi surya tidak hanya PLTS rooftop saja tapi di berbagai potensi, misalnya di lahan bekas tambang,” tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler