Ilmuwan Teliti Kemungkinan Covid-19 Bocor dari Lab China

Kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, China, akhir Desember 2019.

CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Lancet Covid-19 Commission menjadikan investigasi asal usul virus corona, SARS-CoV-2, sebagai program prioritas nomor satu.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok tim peneliti internasional akan melakukan investigasi mengenai kemungkinan virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, "bocor" dari sebuah lab di Cina. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menggali semua teori terkait asal mula SARS-CoV-2.

Investigasi ini merupakan prioritas nomor satu Lancet Covid-19 Commission, sebuah badan yang terbentuk pada Juli lalu. Badan ini dibentuk dengan tujuan untuk memebrikan solusi praktis untuk beragam tantangan selama pandemi serta membuat rekomendasi mengenai bagaimana cara mencegah terjadinya pandemi di masa mendatang.

Dalam sebuah pernyataan, tim peneliti mengungkapkan prioritas mereka adalah mengetahui asal mula SARS-CoV-2. Mereka berkomitmen untuk melakukannya secara terbuka, ilmiah, tidak bias, dan tidak terpengaruh oleh agenda geopolitik.

Tim peneliti mengungkapkan bahwa asal mula SARS-CoV-2 hingga saat ini belum ditentukan. Akan tetapi, beberapa bukti mendukung pandangan bahwa SARS-CoV-2 terbentuk secara alami, bukan hasil dari kreasi laboratorium.

Terlepas dari itu, tim peneliti tetap akan memeriksa kemungkinan adanya keterlibatan laboratorium dalam pandemi ini. Namun, secara tegas tim peneliti juga akan menyingkirkan berbagai konspirasi teori dan ide yang tidak memiliki bukti ilmiah sebagai dasarnya.

"Kemungkinan keterlibatan laboratorium dalam asal-usul pandemi ini perlu diperiksa dengan ketelitian dan keseksamaan ilmiah, juga kolaborasi ilmiah terbuka," tukas tim peneliti dalam pernyataan resmi di laman The Lancet, seperti dilansir Daily Mail.

Tim peneliti menilai asal mula SARS-CoV-2 harus dimengerti. Tujuannya adalah untuk membantu mengakhiri pandemi yang terjadi saat ini sekaligus mencegah terjadinya pandemi berikutnya.

Baca Juga


Sementara itu, New York Post pada Senin melaporkan bahwa seorang ahli virologi asal China yang menduga Covid-19 merupakan hasil rekayasa di laboratorium merilis laporan di laman repositori terbuka, Zenote. Li-Meng Yan, mantan peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong, menulis bahwa virus SARS-CoV-2 dapat dibuat dengan mudah di lab dalam enam bulan.

Makalah yang ditulisnya bersama dua peneliti lain bertajuk “Unusual Features of the SARS-CoV-2 Genome Suggesting Sophisticated Laboratory Modification Rather Than Natural Evolution and Delineation of Its Probable Synthetic Route". Mereka meyakini virus tersebut memiliki karakteristik biologis yang tak konsisten dengan virus zoonosis yang muncul secara alami.

Di lain sisi, peneliti lain di Kalifornia, AS lebih dulu mempublikasikan artikel dalam jurnal yang mematahkan teori SARS-CoV-2 merupakan buatan laboratorium. Sang peneliti menggunakan peta urutan genetik virus sebagai dasar argumentasinya.

Kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019. Dalam hitungan bulan, Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi dan mempengaruhi banyak negara di dunia.

Salah satu topik terpanas yang dibahas adalah kapan dan bagaimana virus penyebab Covid-19 ini muncul. Tak sedikit yang menilai asal mula kemunculan SARS-CoV-2 sengaja disembunyikan.

Ada dua laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi di Wuhan yang kerap menjadi subjek dari berbagai teori konspirasi. Kedua laboratorium tersebut adalah Wuhan Centre for Disease Control dan Wuhan Institute of Virology.

Presiden AS Donald Trump pernah mengeklaim bahwa dia telah melihat bukti bahwa SARS-CoV-2 berasal dari Wuhan Institute of Virology. Akan tetapi, Trump mengaku dia tak diperkenankan untuk mengungkap bukti tersebut. Wuhan Institute of Virology telah menyangkal klaim tersebut sejak awal Covid-19 muncul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler