Studi: Minum Kopi Bantu Jaga Kondisi Pasien Kanker Kolon
Pasien yang rutin minum kopi menunjukkan penurunan risiko penyakit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah studi telah mengaitkan minum kopi dengan penambahan harapan hidup bagi pasien penyakit jantung, serta menurunkan risiko Alzheimer. Penelitian terbaru kini menunjukkan fungsi lain minum kopi bagi pasien kanker.
Minum kopi disinyalir dapat membantu mendukung kondisi pasien yang mengidap kanker usus besar atau kanker kolorektal. Studi yang telah dipublikasikan di jurnal saintifik JAMA itu digagas oleh gabungan periset dari sejumlah universitas.
Tim mengamati 1.171 pasien dengan kanker kolorektal stadium lanjut atau metastatik. Pasien yang rutin minum kopi terlihat menunjukkan penurunan risiko perkembangan penyakit dan kematian akibat kanker yang diidap.
Menurut para peneliti, salah satu alasan yang memungkinkan efek tersebut adalah senyawa yang terkandung dalam kopi. Komponen itu berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan sensitivitas terhadap insulin yang berkontribusi sebagai antikanker.
Penelitian lain mengenai manfaat kesehatan minum kopi juga dilakukan para ilmuwan Inggris pada 2017. Periset menganalisis lebih dari 200 studi dan menemukan manfaat konsumsi kopi bagi pasien kanker, diabetes tipe 2, parkinson, dan depresi.
Menurut para periset itu, minum tiga gelas kopi sehari mengurangi risiko kematian dini. Konsumsi melebihi itu tidak menunjukkan manfaat signifikan, begitu pula jika pasien menambahkan gula pada kopi.
Deretan temuan itu sangat penting, mengingat kanker adalah salah satu penyakit mematikan. Spesifiknya, kanker kolorektal, yang menyerang banyak orang di berbagai belahan dunia. Di Kanada, jenis kanker ini ada di urutan ketiga yang paling banyak diidap.
Berdasarkan data Colorectal Cancer Canada, 26.900 warga Kanada didiagnosis mengidap kanker kolorektal tahun ini. Kanker menyerang pasien lebih muda, di mana pasien berusia 20-29 tahun pada 2015 berjumlah dua kali lipat lebih banyak dibanding 1936.
Peningkatan jumlah pengidap kanker ini di bawah usia 50 tahun terus meningkat sejak pertengahan 1990-an. Sejak 1980-an, jumlah kasusnya justru menurun pada pasien di atas usia 50 tahun, dikutip dari laman CTV News, Jumat (18/9).