Kali Pertama, Astronom Temukan Aurora di Sekitar Komet
Aurora selain di Bumi ternyata juga ada di komet dan Jupiter.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aurora, cahaya kutub yang merupakan fenomena alam di bagian utara dan selatan Bumi ternyata tidak hanya ada di planet ini. Ternyata, pertunjukan cahaya yang menawan dapat ditemukan di seminar komet.
Dilansir IFL Science, sebuah tim peneliti internasional menggunakan data dari misi Rosetta Badan Antariksa Eropa (ESA) di Komet 67P / huryumov-Gerasimenko menemukan bahwa fenomena aurora ada dalam komet. Dilaporkan dalam jurnal Nature Astronomy, tim menemukan bahwa komet tersebut memiliki pancaran ultraviolet yang dibuat oleh partikel bermuatan yang datang dari Matahari.
"Awalnya, kami mengira emisi ultraviolet di komet 67P adalah fenomena yang dikenal sebagai 'dayglow', sebuah proses yang disebabkan oleh foton matahari yang berinteraksi dengan gas komet," ujar rekan penulis studi Joel Parker dari Southwest Research Institute dalam sebuah pernyataan.
Parker mengatakan tim sangat takjub menemukan bahwa emisi UV tersebut adalah aurora. Fenomena ini juga bukan didorong oleh foton, tetapi oleh elektron dalam angin matahari yang memecah air dan molekul lain dalam keadaan koma, serta dipercepat di lingkungan terdekat komet. Koma adalah selubung gas kabur yang dihasilkan oleh pelepasan gas yang terperangkap di inti es komet.
“Atom-atom tereksitasi yang dihasilkan membuat cahaya khas ini,” jelas Parker.
Aurora di Bumi, juga seperti Jupiter adalah hasil dari medan magnet. Di Mars, sebaliknya, aurora terjadi tanpa medan magnet dan dihasilkan dari proton Matahari yang mengenai atmosfer tipis Planet Merah.
Komet 67P tidak memiliki atmosfer tetapi memiliki koma. Ketika elektron dari angin matahari mengenai gas ini, mereka menghasilkan aurora.
Mendeteksi pertunjukan cahaya ini tidaklah mudah. Tim harus menggabungkan setiap instrumen dari Rosetta untuk mempelajarinya. Cahaya tidak seperti yang bisa kita lihat di lintang yang lebih tinggi di Bumi.
"Cahaya di sekitar 67P / CG adalah satu-satunya. Dengan menggali data dari berbagai instrumen di Rosetta dan menghubungkannya, kami menemukan bahwa cahaya ini bersifat aurora: disebabkan oleh campuran proses, beberapa terlihat di Bulan Jupiter Ganymede dan Europa serta lainnya di Bumi dan Mars,” jelas penulis utama studi baru, Marina Galand, dari Departemen Fisika di Imperial.
Rosetta mengakhiri misinya lebih dari tiga tahun yang lalu ketika pesawat luar angkasa itu mendarat di komet.