VW akan Bayar Kompensasi Korban Era Kediktatoran Brasil
Sejumlah mantan karyawan VW akan terima kompensasi dengan total nilai 5,1 juta euro.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Volkswagen, produsen kendaraan asal Jerman, akan membayar kompensasi dan sumbangan untuk menebus penganiayaan terhadap mantan karyawan selama kediktatoran militer Brasil 1964-1985. Jumlah santunan itu disebut mencapai 5,1 juta euro.
Komisi yang ditunjuk pemerintah untuk menyelidiki pelanggaran selama kediktatoran Brasil menemukan bukti bahwa perusahaan, termasuk Volkswagen, secara diam-diam membantu militer mengidentifikasi tersangka "subversif" dan aktivis serikat pekerja di daftar gaji mereka. Banyak pekerja kemudian dipecat, ditahan, atau dilecehkan oleh pihak kepolisian setempat.
Para korban tidak dapat menemukan pekerjaan baru selama bertahun-tahun setelahnya, penyelidikan Reuters menunjukkan hal itu pada tahun 2014. Volkswagen mengatakan, pihaknya menandatangani perjanjian penyelesaian pada Rabu (23/9) waktu setempat dengan jaksa negara bagian dan federal Brasil di Sao Paulo, yang mencakup pembayaran sekitar 16,8 juta reais kepada asosiasi mantan karyawan dan tanggungan mereka yang masih hidup.
Sedangkan untuk sisa uangnya akan disumbangkan untuk berbagai upaya terkait hak asasi manusia. Jaksa penuntut Brasil mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kesepakatan itu akan menyelesaikan tiga penyelidikan yang diluncurkan sejak 2015.
"Penting untuk menangani secara bertanggung jawab bab negatif dalam sejarah Brasil ini dan mempromosikan transparansi," kata anggota dewan VW Hiltrud Werner dalam pernyataan berbahasa Portugis dari perusahaan tersebut yang dikutip dari Reuters, Kamis.
Penyelesaian Volkswagen pertama kali dilaporkan oleh penyiar Jerman NDR, SWR, dan harian Sueddeutsche Zeitung. Sejarawan Christopher Kopper dari Universitas Bielefeld, yang ditugaskan oleh Volkswagen untuk menyelidiki kasus ini mengatakan bahwa penyelesaian itu akan masuk dalam peristiwa yang bersejarah.
"Ini akan menjadi pertama kalinya sebuah perusahaan Jerman menerima tanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap pekerjanya sendiri atas peristiwa yang terjadi setelah berakhirnya Sosialisme Nasional," katanya kepada NDR, SWR, dan SZ.
Volkswagen dalam pernyataannya mengatakan, sementara penyelidikan Kopper menemukan kerja sama antara agen keamanan Brasil dan rezim militer, tidak ada bukti jelas bahwa kerja sama dilembagakan di perusahaan tersebut, Reuters dikutip Kamis.