Maksiat Mewariskan Kehinaan untuk Pelakunya
Maksiat mewariskan kehinaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya yang berjudul Ad-Da' u wa ad- Dawa' (Terapi Penyakit Hati) menuliskan, di antara dampak maksiat adalah mewariskan kehinaan; karena sebenar-benar kemuliaan hanyalah terdapat dalam ketaatan kepada Allah. Allah berfirman dalam Alquran Surat Faathir ayat 10:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ۚ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ أُولَٰئِكَ هُوَ يَبُورُ
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.
Artinya, carilah kemuliaan dengan mentaati Allah. Sebab, sese-orang tidak akan mendapat kemuliaan melainkan dengan ketaatan kepada-N ya. Sebagian Salaf berdo'a:
"Ya Allah, muliakanlah aku dengan mentaati-Mu dan jangan hinakan aku dengan mendurhakai-Mu."
Al-Hasan al-Bashri berkata: "Meskipun hentakan kaki bighal-bighal mereka mengeluarkan suara gemerincing dan kuda-kuda mereka berlari kencang, namun kehinaan maksiat tetap tidak terpisah dari hati mereka. Allah pasti menghinakan orang yang mendurhakai-Nya."
'Abdullah bin al-Mubarak berkata: Aku melihat dosa mematikan hati dan kecanduan dengannya mewariskan kehinaan. Meninggalkan dosa adalah kehidupan hati, maka lebih baik bagimu mendurhakai kemaksiatan. Bukankah yang merusak agama adalah para raja, para ulama yang buruk, serta para pendetanya?