Kisah Sahabat Utbah bin Ghazwan, Pendiri Kota Basrah

Utbah termasuk angkatan pertama yang masuk Islam.

MgIt03
Kisah Sahabat Utbah bin Ghazwan, Pendiri Kota Basrah. Ilustrasi Sahabat Nabi
Rep: Ali Yusuf Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utbah bin Ghazwan ra adalah sahabat Rasulullah yang mampu menaklukkan dan merebut Ubullah dari cengkeraman tentara Persia dengan pasukan minimnya. Utbah termasuk angkatan pertama yang masuk Islam. 

Baca Juga


Utbah adalah orang terakhir dari kelompok tujuh perintis yang dibaiat sambil menjabat tangan Rasulullah. Dia bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang sedang memegang kekuatan serta kekuasaan yang gemar berbuat zalim maupun aniaya.

Sejak hari pertama dimulainya dakwah dengan penuh penderitaan dan kesulitan, Utbah dan kawan-kawan telah memegang teguh prinsip hidup yang mulia. Inilah yang kemudian menjadi obat dan makanan bagi hati nurani manusia dan telah berkembang luas pada generasi selanjutnya.

Utbah ada di antara sahabat yang diperintahkan oleh Rasulullah untuk Hijrah Ke Habsyi. Akan tetapi, ia begitu rindu kepada Rasulullah sehingga ia tidak betah menetap di sana. Ia menjelajah daratan dan lautan untuk kembali ke Makkah agar bisa hidup di sisi Rasulullah hingga saatnya hijrah ke Madinah.

Semenjak orang-orang Quraisy melakukan gangguan dan melancarkan peperangan, Utbah selalu menjadi tameng Rasulullah. Ia siap melepaskan panah dan tombakaya jika ada orang yang berani mengganggu Rasulullah. 

"Ia sangat ahli melempar tombak dan memanah dengan kecepatan yang luar biasa," tulis Teguh Pramono dalam bukunya 100 Muslim Terhebat Sepanjang Masa, Inspirasi para Muslim yang Dicatat dengan Tinta Emas Sejarah.

Setelah Rasulullah SAW wafat, Utbah tak meletakkan senjatanya. Ia tetap berkelana berperang di jalan Allah membebaskan wilayah-wilayah dalam cengkeraman Persia. Salah satunya Ubullah yang selanjutnya, Utbah membangun Negeri bernama Basrah.

Khalifah Umar bin Khathab mengirim Utban ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu dari pendudukan tentara Persia yang hendak menjadikannya sebagai gerbang dan menghancurkan kekuatan Islam yang sedang menyebar ke wilayah wilayah jajahan Persia. Ketika hendak melepaskan pasukan Utbah, Umar berkata, "Berjalanlah engkau bersama anak buahmu hingga batas terjauh dari negeri Arab dan batas terdekat Negeri Persia! Pergilah dengan restu Allah dan berkah-Nya! Serulah ke jalan Allah Bagi yang mau dan bersedia dan bagi yang menolak hendaklah membayar pajak. Terhadap orang-orang yang menentang, maka pedang adalah bagiannya tanpa pilih bulu. Tabah menghadapi musuh serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu!"

Ketika pasukannya yang kecil telah berhadapan dengan bala tentara Persia yang terkuat Utbah berseru, "Allahu Akbar shadaqah wadah (Allah Maha Besar ia menepati janji-Nya) dan memang benarlah janji Allah, tak lama setelah terjadi pertempuran, Ubullah dapat ditundukkan. Di tempat itu Utbah membangun kota Basrah dan sebuah masjid besar di dalamnya. 

Setelah itu ia bermaksud kembali ke Madinah, tetapi Amirul Mukminin memerintahkannya untuk tetap di sana memimpin pemerintahan di Basrah. Utbah pun menaati perintah Amirul Mukminin membimbing rakyat melaksanakan sholat, mengajarkan masalah agama, menegakkan hukum dengan adil dan memberikan contoh tentang kejujuran, wara, serta kesederhanaan.

Dengan tekun, dikikisnya pola hidup mewah dan berlebihan sehingga menjengkelkan mereka yang selalu memperturutkan hawa nafsu. Pernah suatu ketika ia berkata dalam pidatonya, "Demi Allah sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah SAW sebagai salah seorang dari kelompok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu sehingga sebagai mulut kami pecah-pecah dan luka luka. Pada suatu hari aku memperoleh rezeki sehelai baju Burdah, lalu aku belah dua, yang sebelah kuberikan kepada Saad bin Malik dan sebelah lagi kupakai untuk diriku."

Utbah sangat takut terhadap dunia yang akan merusak agamanya dan kaum muslimin. Dia selalu mengajak mereka hidup sederhana dan zuhud terhadap dunia. Namun, banyak yang mempengaruhinya untuk bersikap sebagaimana penguasa yang penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriyah dan gemerlapnya kemewahan. 

Tetapi, Utbah berkata kepada mereka. "Aku berlindung dari Allah kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tapi kecil pada sisi Allah!"

Tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka,"Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintah dipegang orang lain menggantikan aku."

Ketika datang musim haji pergilah Utbah menunaikan ibadah haji, sementara pemerintah Basrah dititip kepada salah seorang temannya. Setelah melaksanakan ibadahnya ia menghadap Amirul Mukminin di Madinah untuk mengundurkan diri dari pemerintahan.

Tetapi, Amirul Mukminin Umar Bin Khattab menolak dengan mengucapkan kalimat yang sering diucapkan kepada orang-orang seperti Utbah. "Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri? Tidak. Demi Allah tidak kuzinkan selama-lamanya!" 

Oleh karena itu tidak ada pilihan baginya, kecuali taat dan patuh, kemudian kembali ke Basrah. Namun, sebelum naik kendaraanya ia menghadap ke arah kiblat lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai ke langit sambil memohon kepada Allah agar dia tidak dikembalikan ke Basrah dan tidak pula menjadi pemimpin pemerintah selama-lamanya. 

Ternyata Allah memperkenankan doanya. Dalam perjalanannya menuju Basrah, Utbah kembali ke pangkuan-Nya. Utbah meninggal dengan menyediakan kesempurnaan nikmat dan kesempurnaan suka cita karena pengorbanan dan baktinya, kezuhudan, serta kesahajaannya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler