Siram Bir ke Pemain Muslim, Klub Kriket Inggris Minta Maaf

Klub kriket Essex mengakui perayaan kemenangan tidak sesuai nilai inklusif.

EPA-EFE / JAIPAL SINGH
Siram Bir ke Pemain Muslim, Klub Kriket Inggris Minta Maaf. Bermain kriket (ilustrasi).
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, ESSEX -- Klub Kriket Essex asal Inggris menyampaikan permintaan maaf setelah seorang pemain Muslim disiram alkohol saat perayaan Piala Bob Wills baru-baru ini. Klub mengakui perayaan kemenangan mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai inklusif klub.

Baca Juga


Tim kriket yang mewakili daerah Essex, Inggris ini berjanji meningkatkan pendekatan mereka terhadap pendidikan keragaman. Batsman Feroze Khushi (21 tahun) tertangkap kamera sedang dituangkan bir di kepalanya di balkon Lord's pada Ahad lalu. Peristiwa tersebut merupakan selebrasi kemenangan trofi mereka.

Kushi merupakan orang ke-12 selama kemenangan klub di final Bob Wills Trophy melawan Somerset yang berakhir imbang. Kushi memang tidak tampil di final, tetapi ia telah membuat empat penampilan selama babak penyisihan grup. Meskipun pertandingan berakhir seri, Essex dinobatkan sebagai pemenang setelah membukukan skor babak pertama yang lebih tinggi.

Setelah insiden tersebut, klub mengakui perayaan tersebut gagal memenuhi nilai-nilai inklusif mereka dan berjanji berbuat lebih banyak di masa depan untuk mendidik pemain mereka. Dalam sebuah pernyataan, Essex mengakui perayaan tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka. Klub Kriket Essex bangga akan kiprah mereka dalam komunitas yang beragam di seluruh wilayah Essex dan daerah sekitarnya.

"Untuk jangka waktu yang lama, Essex memiliki tim yang beragam dengan pemain dari latar belakang, agama, dan ras yang berbeda, dimana kriket adalah jantung dari komunitas ini," kata juru bicara Essex, dilansir di ITV, Rabu (30/9).

"Klub telah bekerja sangat keras dan akan terus menghadirkan kriket kepada siapa saja dan semua orang, dan mendidik tentang keragaman, tetapi pekerjaan lebih lanjut perlu dilakukan di bidang olahraga dan masyarakat secara umum, untuk memperluas pengetahuan orang-orang dan membuat mereka lebih sadar akan perbedaan budaya," tambahnya.

Pemimpin Masjid Colchester di Priory Street, Imam Ahmad Habib, mengatakan pendidikan lebih lanjut diperlukan di Inggris tentang perbedaan budaya dalam kaitannya dengan alkohol. Jika seseorang adalah Muslim yang taat, kata dia, alkohol akan dianggap najis. Jika pemain yang terlibat adalah seorang Muslim, dia mungkin telah menghabiskan seluruh hidupnya menghindari alkohol.

"Bahkan baunya bisa mengganggu bagi beberapa orang karena mereka tumbuh dewasa menjauh darinya. Umat Muslim kerap menghindari pergi ke pub atau bahkan restoran untuk menghindari alkohol," kata Ahmad, dilansir di Gazette Standard.

Karena itu, menurutnya, perlu ada lebih banyak pendidikan tentang masalah ini di Inggris. Sang imam mengatakan orang kerap kali tidak menyadari ada orang yang sama sekali menghindari alkohol. Dengan demikian, perlu ada edukasi lebih banyak tentang alkohol dan keragaman budaya secara umum.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler