Proyek TPPAS Cirebon Dilirik Investor Asing

Beberapa negara memantau paparan proyek TPPAS Cirebon di IID 2020

Antara/Yulius Satria Wijaya
Warga melintas di Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) (ilustrasi). Mega proyek Tempat Pengolahan & Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Cirebon Raya masuk dalam inventarisasi proyek strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang diperkenalkan pada para investor.
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mega proyek Tempat Pengolahan & Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Cirebon Raya masuk dalam inventarisasi proyek strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang diperkenalkan pada para investor.  Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Migas Hulu Jabar (MUJ) yang terlibat dalam penyelenggaraan Indonesia Invesment Day (IID) 2020 secara daring, mempresentasikan proyek berkonsep waste to energy tersebut. 


Indonesia Investment Day 2020 digelar di Hotel Savoy Homan, Kota Bandung, dari Selasa 29 September – Rabu 30 September. Beberapa negara seperti Inggris Raya, Jepang, Australia, dan Singapura turut memantau paparan oleh pemegang proyek yang ditampilkan secara virtual.  

Menurut Ketua Tim Percepatan & Inisiasi Energi Baru, Terbarukan & Konservasi Energi (EBTKE) PT Migas Hulu Jabar (MUJ), Mungki Rahadian, selain TPPAS Cirebon Raya, IID 2020 juga menawarkan proyek lainnya yakni Aerocity 

Kertajati oleh PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB), Subang Industrial Park, Pariwisata Ciater Raya, Kawasan Walini Raya, Kertajati Industrial Estate Majalengka, Greater Cirebon Solid Waste Treatment Plant, dan Jatigede Regional Water Supply System.  

 

Mungki mengatakan, konsep pengelolaan sampah menjadi energi alternatif cukup diminati investor asing. Baginya, isu energi alternatif untuk menggantikan energi fosil yang tidak ramah terhadap lingkungan membuat para investor mulai mengalihkan perhatiannya dalam berinvestasi. 

“Investasi yang membawa isu perbaikan lingkungan, dimana kemudian investor asing saat ini sangat tertarik kepada proyek yang sifatnya green energy," ujar Mungki dalam siaran persnya, Jumat (2/10).

Karena, kata dia, investasi terbaik saat ini memang energi terbarukan, sedangkan energi fosil trennya terus menurun dan ditinggalkan dan banyak juga masyarakat yang beralih ke energi alternatif yang lebih ramah terhadap lingkungan.

“Dari beberapa negara yang ikut dalam Indonesia Investment Day ada dari investor asing seperti UK, Belanda, China, Jepang, Singapore, Korea Selatan dan Australia yang menyatakan minatnya,” kata Mungki. 

Hanya saja, kata dia, MUJ tentu akan mencari mitra terbaik dengan kebutuhan perusahaan dalam mengelola sampah regional tersebut yang bisa menjadi energi alternatif. Nilai investasinya ditaksir mencapai USD 57 juta jika dikonversi Rp 800 miliar. 

Konsep pengelolaan sampah TPPAS Cirebon Raya dengan teknologi Mechanical and Biological Treatment (MBT) berlokasi di Desa Cupang, Desa Walahar Kecamatan Gempol serta Desa Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Luasnya mencapai 52 hektare. Hasil dari pengelolaan sampah yang ditampung dari wilayah Cirebon Raya dan Indramayu nantinya diolah menjadi refuse derived fuel (RDF) yang menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara.  

Rencana kapasitas pengolahan yakni 1.000 ton per hari yang dapat ditingkatkan menjadi 1.500 ton per hari. Kapasitas produksi RDF kurang lebih 350 ton per hari. Perusahaan di daerah Cirebon sudah memiliki minat menjadi offtaker bahan baku tersebut salah satunya indocement.  

Mungki pun, mengharapkan dukungan pihak-pihak terkait terutama yang berkaitan dengan regulasi karena hal tersebut yang kerap ditanyakan investor yang akan menanamkan modal di Jawa Barat.  "Investor tidak mungkin bisa masuk ke Indonesia dengan regulasi yang membuat mereka sulit untuk bisa masuk. Maka, itu semua harus kita kelola," kata Mungki. 

Selain regulasi dan dukungan pemerintah, kata Mungki, kesiapan proyek yang ditawarkan pun menjadi indikator penting dalam menarik minat investor, khususnya investor dari luar negeri.   

"Jaminan offtaker, siapa yang akan menerima hasil produksi, siapa konsumennya? Ada berapa konsumennya? Berapa harganya ? Dan berapa yang mereka bisa tampung? Dan berapa lama? Dibuat kontrak yang panjang tidak? Itu pertanyaan-pertanyaan kritis yang selalu ditanyakan investor," paparnya. 

Jika proyek bisa berjalan sesuai rencana, kata dia, teknologi pengelolaan sampah menjadi energi ini dikatakan Mungki bisa menjadi yang pertama di Indonesia  dan menjadi contoh penglolaan sampah di banyak wilayah yang masih memiliki problem mengolah sampah.   

“Dengan Ini kita sangat siap dan optimis karena kami ingin menjadi salah satu BUMD yang bisa berikan sumbangsih pada Pemprov Jabar karena sampah ini bukan hanya isu Jawa barat tapi Indonesia. Jawa Barat ini jumlah penduduknya terbesar di Indonesia sehingga sampahnya terbesar di Indonesia.

“Apabila ini berhasil di Jawa Barat ini akan membawa provinsi yang juara karena sampah ini akan menjadi energi lain. Keberhasilan ini juga akan membawa prototipe untuk pengelolaan sampah di seluruh Indonesia,” kata Mungki. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler