Emir Baru Kuwait Bertemu Menlu Iran dan AS

Delegasi Iran dan AS memberi penghormatan mendiang Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah

EPA-EFE/NOUFAL IBRAHIM
Emir Kuwait Sheikh Nawaf Al Ahmed Al Jber Al Sabah
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY -- Emir baru Kuwait Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah melakukan pertemuan terpisah dengan menteri luar negeri (menlu) Amerika Serikat (AS) dan Iran pada Ahad (4/10). Kedatangan delegasi kedua negara sekaligus untuk memberi penghormatan kepada mendiang Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah.

Baca Juga


"Dia (Sheikh Sabah) akan dikenang sebagai orang hebat dan teman istimewa bagi AS," kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper dalam komentar yang dicicit oleh Kedutaan Besar AS selama kunjungannya.

Kantor berita negara Kuwait mengatakan Sheikh Nawaf juga menerima Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Dalam kesempatan itu, Zarif memuji almarhum Sheikh Sabah karena mendorong "moderasi dan keseimbangan".

Sheikh Nawaf resmi menjadi emir baru Kuwait setelah menjalani proses pengambilan sumpah di Majelis Nasional Kuwait pada Rabu (30/9) pekan lalu. "Saya bersumpah kepada Allah SWT untuk menghormati konstitusi serta hukum negara, dan untuk membela kebebasan, kepentingan, dan dana rakyat, dan menjaga kemerdekaan bangsa serta integritas wilayah," kata Sheikh Nawaf, dikutip laman Al Arabiya.

Sheikh Nawaf berjanji akan bekerja untuk memastikan kemakmuran, stabilitas, dan keamanan Kuwait. Ia pun menyebut bahwa kebijakan pendahulunya akan tetap menjadi prinsip panduan bagi negara."Kami menegaskan kebanggaan kami pada konstitusi kami dan pendekatan demokrasi kami," ucapnya.

Sejauh ini, Sheikh Nawaf belum menunjuk pewaris takhtanya. Dia memiliki tenggat waktu satu tahun untuk memilih dan memutuskan siapa penerusnya kelak. Namun keputusan terkait hal itu diperkirakan akan segera diambil dalam beberapa pekan mendatang.

Menurut para analis, penunjukan pewaris takhta memang sebaiknya dilakukan lebih cepat. Hal itu agar anggota senior dinasti al-Sabah tidak saling baku rebut posisi. “Sebuah penunjukan akan mengakhiri kompetisi ini dan mengirimkan sinyal stabilitas,” kata Dr. Mohamed Alfili, seorang profesor hukum konstitusi di Universitas Kuwait.

Kendati telah ditunjuk, parlemen Kuwait harus menyetujui pilihan tersebut. Sejauh ini, terdapat beberapa nama yang digadang-gadang berpotensi menjadi pewaris takhta, yakni mantan menteri pertahanan Sheikh Nasser Sabah al-Ahmad, mantan perdana menteri Sheikh Nasser al-Mohammad, dan wakil kepala Pengawal Nasional Sheikh Meshal al-Ahmad al-Jaber. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler