Konflik di Artsakh Sebabkan Korban Sipil

Pengeboman Azerbaijan atas kota-kota dan permukiman Artsakh korbankan warga sipil

EPA-EFE/ARMENIA DEFENCE MINISTRY PRESS
Foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Armenia pada (6/10/2020) menunjukkan tentara Armenia yang diduga selama bentrokan militer dengan tentara Azeri di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh). Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.
Rep: Fergi Nadira Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN - Perwakilan dari Kementerian Pertahanan Armenia, Artsrun Hovhannisyan, mengatakan pengeboman oleh Azerbaijan atas kota-kota dan permukiman Artsakh telah mengakibatkan korban sipil, Rabu (7/10) waktu setempat. Kota-kota tersebut termasuk Stepanakert, Sushi, dan Hadrut.

"Saat ini kota Artsakh, Stepanakert, Shushi, Hadrut, dan kota lainnya telah menjadi sasaran beberapa kali. Ada korban jiwa. Datanya akan diringkas dan dipublikasikan," kata Hovhannisyan seperti dikutip laman Armen Press, Kamis (8/10).

Azerbaijan melancarkan perang melawan Artsakh pada 27 September. Selama beberapa hari terakhir, kedua negara mulai berkonflik. Menurut pihak Armenia terdapat 19 korban sipil di Artsakh dan dua di Armenia.

Lebih dari 80 orang terluka. Hanya dalam satu hari Azerbaijan meluncurkan lebih dari 100 rudal Smerch melawan Stepanakert. Jumlah korban sipil relatif rendah karena Artsakh telah lama bersiap menghadapi perkembangan seperti itu dengan membangun tempat perlindungan bawah tanah.

Dilansir Anadolu Agency, melihat perkembangan yang semakin memanas Menteri luar negeri Azerbaijan mengatakan dia akan mengunjungi Swiss untuk membahas konflik Nagorno-Karabakh dengan ketua bersama dari Kelompok Minsk Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE).

Ceyhun Bayramov akan melakukan kunjungan kerja pada Kamis (8/10) karena hubungan antara Azerbaijan dan Armenia, dua bekas republik Soviet, telah memburuk. Hubungan tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, wilayah yang diakui secara internasional di Azerbaijan.

OSCE Minsk Group diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS. Organisasi itu dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata disepakati pada 1994.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler