Mereka Terpisah Dampak Larangan Muslim Masuk Amerika Serikat

Umat Islam berjuang melawan larangan masuk Amerika Serikat.

EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Umat Islam berjuang melawan larangan masuk Amerika Serikat. Ilustrasi Amerika Serikat
Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON –  Larangan perjalanan yang dikeluarkan pada awal pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah memengaruhi kehidupan ribuan orang Amerika, khususnya para keluarga muslim. Padahal, ada banyak yang berharap agar orang yang dicintai dapat bergabung dengan mereka. 

Baca Juga


Warga Amerika-Yaman, Sfuaun Ali (29 tahun) telah menunggu selama tiga tahun untuk mendengar kabar dari US Citizenship and Immigration Services (USCIS). Dia menunggu status formulir I-130, yang dia serahkan untuk istrinya agar dapat bergabung dengannya di New York. 

Setelah menikah pada 2014, Ali kembali ke New York untuk menyelesaikan gelar sarjananya. Sementara istrinya tetap tinggal di Mesir saat perang di Yaman sedang memburuk. Pasangan suami istri itu melewatkan banyak acara penting, termasuk kelulusan Ali pada 2019.  

"Ketika saya lulus, istri saya menelepon dan mengatakan bahwa dia pikir dia akan bersama saya pada saat merayakannya, dan saya tidak akan pernah melupakan panggilan itu karena itu sangat menyakitkan saya," kata Ali dilansir dari laman Patch, pada Kamis (8/10).  

Ali merupakan satu di antara banyak warga Yaman-Amerika, yang terkena dampak larangan perjalanan Trump terhadap imigran dari daftar negara mayoritas Muslim.  

Akhirnya Ali memutuskan untuk menunda rencana karir pasca sarjana untuk bergabung dengan istrinya di Mesir. Sementara itu, istrinya menderita hambatan medis tertentu untuk mengandung bayi.

Dokter di Mesir telah menyarankan mereka untuk mengikuti rencana medis, yang mengharuskan mereka berdua untuk bersama. Perawatan yang mereka berdua harapkan untuk dilakukan di New York jika petisi imigrasi telah diproses.  

Namun pengacara Ali menyatakan waktu prosesnya lama, sebab adanya larangan bepergian karena istrinya adalah orang Yaman. Larangan itu berdampak pada tiga populasi Amerika yang cukup besar, dari Iran, Yaman, dan Suriah.  

Di bawah Presidential Proclamation 9645, ketiga negara serta Libya dan Somalia ditempatkan di bawah larangan yang tidak terbatas atas penerbitan visa imigran dan non-imigran. Akan tetapi visa pelajar Iran diizinkan. 

 

 

Rosalie Gurna (9) ikut berunjuk rasa menolak kebijakan Trump yang melarang pendatang muslim ke Amerika di Bandara Internasional Los Angeles - (Eugene Garcia)

  

Banyak orang lain yang menderita karena perpisahan keluarga karena adanya larangan ini. Pemegang kartu Penduduk Permanen asal Iran, Shaghyegh Ansari (31) pindah ke AS pada 2013 dengan visa pelajar untuk mengejar gelar master di bidang arsitektur di Universitas Arizona. 

"Datang ke Amerika Serikat adalah impian bagi saya dan orang tua saya, saya berharap suatu saat bisa membawa ayah saya untuk tinggal di sini," kata Ansari.  

Menurut Ansari, ayahnya percaya bahwa Amerika Serikat merupakan negeri impian. "Kita dapat mencapai hal-hal yang tidak dapat kita capai di Iran jika kita menjadi warga negara yang baik," katanya.  

Dengan adanya larangan tersebut, Ansari tidak dapat membawa ayahnya untuk tinggal bersamanya, seperti yang diinginkannya. Pada 2017, ayahnya didiagnosis menderita kanker otak stadium empat, dan meninggal 15 bulan kemudian.  

"Saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengannya dan ini adalah sesuatu yang selalu saya pikirkan," ucap Ansari.  

Ansari kini bekerja sebagai arsitek di Tucson, Arizona. Ansari juga merindukan kehadiran keluarganya ketika dirinya menikah, dan dia tidak dapat mengumpulkan keluarganya dengan keluarga suaminya di Amerika Serikat. 

Adapun salah satu cara untuk menghindari larangan tersebut adalah dengan mengajukan pengabaian larangan perjalanan, yang dikeluarkan berdasarkan kriteria tertentu. 

Pemohon perlu menunjukkan apakah menolak masuk akan menyebabkan kesulitan yang tidak semestinya, tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat, dan entri tersebut untuk kepentingan nasional. 

Menurut data Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, pada Juli, 64.286 aplikasi imigran dan non-imigran dipertimbangkan untuk pengabaian. Akan tetapi hanya 35 persen yang disetujui. Ketika ditanya apa alasan umum penolakan pelarangan, Departemen Luar Negeri tidak memberikan komentar.  

Sebelumnya larangan perjalanan pertama kali dikeluarkan Trump selama pekan pertamanya menjabat pada Januari 2017. Dia melarang hampir semua imigran dan pelancong dari tujuh negara mayoritas Muslim. Hal ini lantas menuai kecaman dan kekacauan di bandara-bandara di seluruh Amerika Serikat.

 

Sumber: https://patch.com/new-york/new-york-city/muslim-families-continue-struggle-due-travel-ban

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler