Cegah Keparahan Covid-19 dengan Deteksi Penyakit tak Menular
Faktor penyakit komorbid menjadi dasar peningkatan meninggalnya pasien Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr. Cut Putri Ariane mengatakan, upaya deteksi dini penyakit tidak menular di masyarakat bisa menjadi salah satu pencegahan tingkat keparahan Covid-19. Hal itu bahkan dapat mencegah kematian akibat virus corona tersebut.
Cut mengatakan, faktor penyakit komorbid menjadi dasar peningkatan meninggalnya pasien Covid-19. Termasuk di antaranya karena faktor hipertensi, sesak napas karena kelainan paru-paru, asma, TBC, dan diabetes.
"Sehingga pemeriksaan faktor risiko harus menjadi budaya di masyarakat untuk menekan angka penyakit tidak menular," kata dia dalam siaran pers Kementerian Kesehatan yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, yang terbanyak mengidap penyakit tidak menular adalah ASN dan TNI/POLRI. Cut mengatakan, budaya memeriksa faktor risiko harus dilakukan di perkantoran atau di klinik di area perkantoran dan dilakukan sejak dini.
Dengan melakukan pengukuran rutin setiap bulan, menurut Cuti, orang dapat memantau kondisi kesehatan dan bisa menemukan gangguan kesehatannya secara dini. Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan khususnya bagi laki laki yang memiliki lingkar perut lebih dari 90 centimeter dan perempuan dengan lingkar perut lebih dari 80 centimeter.
Pengukuran juga bisa dilakukan di Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang ada di setiap desa. Cut mengatakan, setidaknya lakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah sewaktu, dan indeks masa tubuh secara rutin.
“Budaya memeriksa faktor risiko harus dilakukan di masyarakat, bisa di Klinik perkantoran atau di Posbindu PTM. Lakukan sebulan sekali, ukur tekanan darah, ukur gula darah sewaktu, ukur indeks masa tubuh,” kata Cut
Cut mengatakan bahwa penyakit tidak menular merupakan penyakit jangka panjang yang terjadi akibat pola perilaku tidak sehat selama tiga sampai lima tahun sebelumnya. Itu termasuk pola makan yang tidak sehat karena mengonsumsi gula, garam, lemak berlebih, malas bergerak, dan kurangnya aktivitas fisik.
Semua faktor risiko tersebut, menurut Cut, dapat dicegah dengan melakukan perubahan perilaku menjadi lebih sehat. Dia menekankan pengendalian faktor risiko juga harus dilakukan sedini mungkin dan masyarakat harus memiliki kesadaran kesehatan agar agar semakin mudah diobati sehingga tidak terlambat jika diketahui terdapat penyakit tidak menular.
“Semakin cepat faktor risiko diketahui, semakin cepat pencegahan di hulu bisa kita lakukan, sehingga angka kematian akibat penyakit tersebut ataupun Covid-19 dapat kita tekan,” tegasnya
Di masa pandemi, Kementerian Kesehatan memberikan fleksibilitas kepada orang yang memiliki penyakit tidak menular dengan memberikan kemudahan mendapatkan obat untuk jangka dua bulan ke depan guna mengurangi mobilitas ke fasilitas layanan kesehatan yang dinilai lebih berisiko tertular virus Covid-19.