Sultan Minta Aksi di Bundaran UGM tak Anarkis

Pada aksi 8 Oktober lalu, terjadi pembakaran salah satu restoran di Malioboro.

ANTARA /Hafidz Mubarak A
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X
Rep: Silvy Dian Setiawan  Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Demonstrasi penolakan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) atau Omnibus Law di Yogyakarta kembali digelar  di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (20/10). Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta, agar tidak ada aksi anarkis yang dilakukan seperti demonstrasi di kawasan Malioboro pada 8 Oktober lalu.


Aksi pada 8 Oktober lalu berlangsung ricuh. Kericuhan ini mengakibatkan kerusakan fisik bangunan hingga pembakaran salah satu restoran di Malioboro.

"Jangan melakukan kekerasan yang sifatnya anarkis, baik merusak hak para pengguna jalan yang lain atau masyarakat lain, maupun juga melakukan perusakan pada fasilitas umum. Saya kira jangan terulang kembali untuk itu," kata Sultan dalam keterangan resminya, Selasa (20/10).

Sultan pun mempersilakan aksi demostrasi dilakukan. Namun, ia mengajak agar suasana aman dan nyaman tetap dijaga.

"Silakan saja anda melakukan demo, memang itu dimungkinkan asal izin dari kepolisian. Hanya pesan saya hati-hati, sampaikanlah apa yang Anda inginkan. Tetapi, harapan saya dengan sangat adik-adik semua jangan melakukan kekerasan," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler