Bos Adaro Rela Gajinya Dipotong Daripada PHK Karyawan

Pandemi Covid-19 membuat Adaro harus mengambil langkah bertahan.

Antara/HO/pras
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir (kanan) didampingi Corporate Secretary Adaro Mahardika Putranto menyampaikan perkembangan terkini operasional perusahaan kepada wartawan secara virtual di Jakarta, Selasa (20/10/2020). Selama 28 tahun beroperasi, Adaro menerapkan kaidah penambangan yang baik dan benar, berkomitmen untuk berkontribusi bagi pembangunan dan kemajuan ekonomi Indonesia melalui pajak dan royalti serta meningkatkan kemandirian masyarakat melalui program CSR yang berkelanjutan. Selain itu, Adaro juga turut berperan aktif dalam penanganan COVID-19 melalui program Adaro Berjuang untuk Indonesia.
Rep: Intan Pratiwi Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak pandemi Covid-19 memukul semua sektor industri di Indonesia tak terkecuali sektor batu bara. Menurunnya konsumsi listrik turut menarik penjualan batu bara ke posisi terendah.

Dampak ini tak ditampik oleh Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir. Ia pun mengakui bahwa tahun ini adalah tahun yang sulit bagi Adaro.

Baca Juga


Perusahaan berupaya untuk tetap bisa survive dengan melakukan segala efisiensi. Hanya saja, kata Garibaldi ia berupaya untuk tidak melakukan PHK terhadap karyawan Adaro.

"Sampai hari ini kita masih kerja full. Belum ada PHK, belum ada pengurangan gaji, belum ada pengurangan bonus, walaupun dalam kondisi sangat sulit," kata dia dalam media gathering syukuran HUT Adaro yang ke-28 tahun secara virtual, Selasa (20/10).

Kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir ini mengatakan, pandemi Covid-19 membuat perusahaan harus mengambil langkah bertahan. Alih-alih melakukan kontrak baru atau ekspansi, menurut dia, mengatur pengeluaran seefisien mungkin lebih baik dilakukan. Bahkan, dia rela gajinya dipotong daripada harus mengurangi pendapatan karyawannya.

"Kita lakukan efisiensi sen demi sen, kalau perlu jangan kurangi gaji karyawanlah, tapi gaji saya dulu. Sebab kondisi sulit, badai belum berlalu," ujar Boy, sapaan akrab Garibaldi.

Boy mengungkapkan krisis yang dihadapi saat ini melebih krisis 1998 dan 2008 sebab merugikan banyak elemen, terutama pedagang kecil. Dia menyebut pandemi ini merupakan super crisis.

Meski begitu, dia bersyukur perusahaannya yang saat ini berusia 28 tahun bisa bertahan. Boy mengatakan, jika perusahaannya tidak melakukan diversifikasi pada lini bisnisnya dan hanya fokus pada tambang batu bara seperti 15 tahun lalu, Adaro tidak akan bertahan saat ini.

Saat ini, Adaro tidak hanya berbisnis tambang batu bara, tapi masuk ke Adaro Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital dan Adaro Foundation.  

"Alhamdulillah banget Adaro integrated dari batu bara sampai listrik, di sini membuktikan bahwa bisnis model kita benar, dalam kondisi sulit ini sangat membantu sebab kontribusi dari non batu bara sudah 50:50. Kita nggak bisa bayangkan kalau bisnis modelnya kayak 15 tahun lalu, mungkin Adaro enggak bisa survive hari ini," ujarnya.





BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler