Remaja SMP AS Teliti Obat Potensial untuk Covid-19
Remaja keturunan India-Amerika itu menang 3M Young Scientist Challenge 2020.
REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Seorang siswi kelas delapan dari Texas, Amerika Serikat memenangkan hadiah 25 ribu dolar AS atau sekitar Rp 372 juta berkat penelitiannya tentang obat antivirus baru yang dapat membantu memerangi penyebaran Covid-19. Adalah Anika Chebrolu (14 tahun) yang memenangkan 3M Young Scientist Challenge 2020.
Anika menghabiskan setahun terakhir untuk meneliti cara-cara melawan flu. Gadis keturunan India-Amerika Serikat itu lalu mengalihkan fokus penelitiannya ketika pandemi Covid-19 melanda Amerika Serikat pada musim panas ini.
"Ketika pertama kali bertemu dengan mentor 3M saya, Dr Mahfuza Ali, pada Juni lalu, saya memutuskan untuk menargetkan spike protein atau protein lonjakan yang menempel pada sel tubuh manusia," kata Anika ketika diwawancarai program "Good Morning America".
"Dalam pertemuan pertama, kami berdua sepakat mengalihkan studi saya untuk membantu mencari obat Covid-19. Mengingat dampak Covid-19 yang sangat besar dan parah terhadap umat manusia, saya kira penting untuk mengubah proyek untuk mencerminkan hal ini," kata dia seperti dilansir laman ABC News, Rabu (21/10).
Anika dan Ali mulai bekerja sama pada bulan Juni. Ketika itu, Anika dinobatkan masuk ke dalam 10 besar finalis Young Scientist Challenge. Keduanya mengadakan pertemuan virtual dan Ali memberi masukan kepada Anika tentang penelitiannya, termasuk untuk menganalisis hampir 700 juta senyawa.
"Pekerjaan semacam ini sangat melelahkan dan juga membosankan sehingga membutuhkan konsentrasi yang luar biasa. Saya sangat terkesan dengan kedewasaan dan keuletan serta pemahaman Anika,” kata Ali.
Melalui analisisnya, Anika menemukan molekul yang secara selektif dapat mengikat protein lonjakan virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, yang menjadi penyebab Covid-19. Menurut Ali, penemuan Anika bisa mengarah pada obat potensial untuk membantu menahan virus.
Pada dasarnya Anika berhasil menemukan cara untuk menutup pintu masuk virus SARS-CoV-2, sehingga tidak dapat menempel ke sel manusia dan kemudian tidak dapat berkembang biak dan berpindah dari manusia ke manusia.
"SARS-CoV-2 adalah virus yang memiliki banyak protein di dalamnya. Jadi Anda perlu menemukan ukuran di dalam virus untuk bisa menonaktifkan virus supaya tidak menempel pada sel manusia," kata Ali.
Anika berencana melanjutkan penelitiannya dengan menghubungi ahli virologi dan spesialis pengembangan obat yang dapat membantunya mengembangkan penelitian lebih lanjut. Anika mengatakan bahwa dia akan menggunakan sebagian dari hadiah untuk merealisasikan itu.
Anika juga berencana memberikan sebagian uangnya kepada organisasi nirlaba, AcademyAid. Organisasi ini membantu siswa yang tidak menerima pendidikan menyeluruh, dengan mendorong STEM dan menyediakan persediaan untuk sekolah-sekolah yang kurang mampu di India.