Pemprov Jatim Petakan Daerah Potensi Bencana
Khofifah mengatakan 22 daerah di Jatim berpotensi tinggi terjadi bencana.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkoordinasi dengan jajaran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jatim untuk memetakan potensi bencana. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, ada 22 daerah di Jatim yang memiliki potensi tinggi terjadinya bencana.
Sementara bencana yang paling berpotensi terjadi di Jatim adalah banjir luapan sungai, banjir rob, puting beliung, hingga longsor. Daerah-daerah yang berpotensi dilanda bencana banjir akibat luapan air sungai di antaranya Bojonegoro, Magetan, Madiun, Lamongan, Gresik, Ngawi, dan Tuban yang berada di bantaran sungai Bengawan Solo.
Kemudian, daerah berotensi banjir akibat luapan sungai Brantas meliputi Malang Raya, Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Probolinggo, Surabaya, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, dan Jember. Di Pasuruan, banjir berpotensi diakibatkan meluapnya sungai Welang. Sedangkan di Kepulauan Madura, ada Sampang yang berpotensi terdampak luapan Sungai Kemuning.
Sedangkan bencana longsor berpotensi melanda daerah-daerah wilayah pegunungan dan berbukit seperti Jombang, Ponorogo, Kediri, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Batu, dan Pacitan. "Besok kita menunggu hasil rakor BMKG Jawa Timur untuk bisa memberikan peta secara lebih detai terkait 22 kabupaten/ kota ini supaya melakukan kesiapsiagaan," kata Khofifah di Surabaya, Rabu (21/10).
Khofifah mengajak Jatim, khususnya di 22 daerah dimaksud untuk bisa mewaspadai dan siap siaga terkait potensi-potensi bencana. Terutama memasuki musim penghujan dan ancaman badai la nina. Namun, Khofifah tetap meminta masyarakat tetap tenang dan tidak panik.
"Setelah Rakor itu kita breakdown dengan bupati/wali kota di 22 daerah itu kemudian kita akan secara simultan melakukan apel. Jadi kita lakukan kewaspadaan kesiapsiagaan. Tapi saya mohon semuanya tetap tenang dan tidak panik," ujar Khofifah.
Khofifah menyampaikan pentingnya koordinasi dengan pemerintah daerah, agar informasi terkait potensi bencana yang ada bisa sampai kepada masyarakat. Dia mencontohkan prediksi BMKG terkait kemungkinan terjadinya gelombang tinggi yang mencapaia 3,5 meter pada pekan ini.
Menurutnya, itu penting agar para nelayan lebih waspada. "Prediksi BMKG dalam minggu-minggu ini akan ada gelombang 3,5 meter misalnya. Maka para nelayan harus terkonfirmasi supaya mereka tetap selamat. Atau dalam kondisi tertentu oh ini cuaca ekstrim, sementara jangan melaut dua tiga hari dan seterusnya," kata Khofifah.
Kepala BMKG Tanjung Perak, Surabaya, Taufik mengatakan, badai La Nina yang yang berpotensi melanda sebagian wilayah Indonesia bisa berdampak pada perubahan cuaca, yang bisa mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi. Dia mengimbau masyarakat Jawa Timur agar waspada dengan La Nina.
"Kewaspadaan tetap ada. Dari sisi kesiapan bencana Hidrometeorologi tetap ada. Dari sisi kemaritiman, dan dari sisi kegempaan juga ada, jadi semua agar lebih dini diantisipasi," kata Taufik.
Taufik mengatakan, badai La Nina yang terjadi berpotensi mengakibatkan curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan bisa mengalami peningkatan hingga 25 persen.
Karena itu, BMKG menggelar rapat kordinasi internal untuk memetakan potensi bencana di Jatim sehingga bisa lebih cepat diantisipasi. "Mana sih Wilayah Jatim, kabupaten mana, kemudian berpotensi bencana apa. Sehingga nanti lebih fokus. Kami akan lakukan kajian lagi dua hari ini, nanti kami bawa ke Bu Gubernur dampak bencana hidrometeorologi agar lebih waspada," ujar Taufik.