Pakar Ekonomi ITB: Kawal Merger Bank Syariah

Pakar ekonomi ITB berharap merger bisa naikkan market share perbankan syariah

Rivan Awal Lingga/ANTARA
Seorang nasabah menunggu di ruang tunggu Bank Syariah Mandiri, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pemerintah resmi melakukan merger pada tiga bank syariah BUMN yaitu PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank BNI Syariah dan PT Bank BRI Syariah Tbk dengan tujuan agar Indonesia yang merupakan negara mayoritas umat muslim mampu memiliki bank syariah terbesar di tanah air yang berskala global.
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar ekonomi IPB University, Mukhamad Najib mengingatkan pentingnya mengawal merger tiga bank syariah, sehingga tujuan memperkuat ekonomi keumatan dapat berjalan sesuai rencana.


"Merger harus dipastikan bisa menaikkan market share bank syariah di industri perbankan nasional," kata Najib dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (23/10).

Belum lama ini, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memfasilitasi merger Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah.

Menurut Najib, kebijakan tersebut baik untuk meningkatkan modal dan aset, sehingga Indonesia punya bank syariah yang besar.

Najib berpendapat merger memang diperlukan jika bertujuan menguatkan permodalan, aset syariah dan menguatkan kekuatan ekspansi.

"Saat ini kita memiliki bank syariah dengan aset yang relatif kecil, dengan merger tentu modal dan asetnya menjadi jauh lebih besar. Dengan skala ekonomi yang lebih besar, diharapkan akan memudahkan bank syariah yang baru untuk melakukan ekspansi pasar yang lebih luas," katanya.

Ia juga mengingatkan pentingnya mengantisipasi dampak merger, yaitu munculnya pengangguran baru dari karyawan tiga bank syariah BUMN tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler