Satgas Apresiasi Pesantren Cegah Penularan Covid-19
Pesantren Mahasiwa Al Hikam bisa menjadi contoh dalam menerapkan protokol Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kabid Komunikasi Publik Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Hery Triyanto mengapresiasi berbagai langkah yang diambil pesantren dalam menanggulangi pandemi wabah Covid-19. Menurutnya, pesantren memiliki kemampuan untuk memutus rantai penularan virus Corona.
"Pesantren di Indonesia sebenarnya adalah ekosistem sendiri, ekosistem pendidikan dan ekonomi yang jika dikelola dengan baik maka bisa juga diisolasi dari penularan misalnya dengan sistem one gate," kata dia dalam Focus Group Discussion (FGD) virtual bertajuk 'Siasat Pesantren Menghadapi Covid-19' yang digelar Republika bersama Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (27/10).
Hery mencontohkan penerapan sistem one gate yang diterapkan di Pesantren Darunnajah dengan 13 ribu santri. Dengan sistem ini, setiap orang keluar-masuk hanya lewat satu pintu dengan protokol Covid-19 yang ketat sehingga tidak terjadi penularan. "Santri kan tidak ke mana-mana, makan di situ, sekolah di situ, bermain dan tidur di situ," katanya.
Selain itu, Hery juga menyebut Pesantren Mahasiwa Al Hikam juga bisa menjadi contoh baik dalam menerapkan protokol Covid-19. Seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. Sebab, di pesantren tersebut pada Maret lalu telah sigap merespons pandemi dengan menerapkan karantina tingkat pesantren dan menjaga kualitas pemberlakuan protokol Covid-19.
Pembentukan Satgas Covid-19 di pesantren, lanjut Hery, juga merupakan langkah yang tepat untuk mencegah penularan Covid. Apalagi dia mengakui, pesantren tidak bisa dilepaskan dari kultur berkerumun sehingga dibutuhkan langkah yang taktis sesuai protokol kesehatan. "Memang nature pesantren adalah berkerumun. Pesantren Gontor yang modern pun tetap berkerumun karena nature-nya di situ," katanya.
Pimpinan Pesantren Al Hikam KH Yusron Shidqi berbagi pengalaman menghadapi Covid-19 ketika ada santrinya yang positif Covid-19. Dia menyampaikan, sebetulnya peluang penularan Covid-19 di pesantren bergantung pada tingkat mobilisasi orang yang ada di pesantren. Artinya, semakin besar mobilisasi yang dilakukan untuk menerapkan protokol Covid secara ketat, maka sebesar itulah peluang penularannya. "Jadi ya berbanding lurus dengan itu," katanya.
Kiai Yusron melanjutkan, untuk memperkecil potensi penularan virus, dibutuhkan upaya untuk mempersempit kuantitas keluar-masuknya santri dan memperhatikan kualitas penerapan protokol Covid-19. "Dan ada hikmahnya ketika ada santri yang terpapar, santri lebih waspada, peduli," tutur dia.