Ilmuwan Telusuri Jejak Pendarat yang Jatuh di Komet 67P

Pada 2014, pendatar Philae gagal mendarat di komet 67P.

VOA
Gambar robot Philae memisahkan diri dari laboratorium induk Rosetta turun ke permukaan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, 2014.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Badan Ruang Angkasa Eropa (ESA) pada 12 November 2014 mengerahkan pendarat ke permukaan Komet 67P / Churyumov-Gerasimenko. Penerbangan itu gagal menjadi misi pendaratan yang mulus.

Pendarat Philae Lander melakukan pantulan sinyal di permukaan Comet 67P beberapa kali, sebelum berhenti di struktur seperti gua lalu gagal berfungsi untuk selamanya. Enam tahun kemudian, para ilmuwan akhirnya dapat menentukan dimana tepatnya Philae mendarat.

Baca Juga


Situs pendaratan kedua Philae (tak terduga) dirinci dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Rabu lalu di jurnal Nature. Meskipun tidak direncanakan, pantulan sinyal mengungkapkan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang komet termasuk bagaimana terbentuknya.

Pesawat Rosetta mengorbit Komet 67P sejak Agustus 2014 untuk mempelajari komet. Terutama lingkaran debu dan gas yang dihasilkannya saat bergerak melintasi ruang angkasa.

Philae dimaksudkan menjadi puncak misi, meskipun pendaratnya tidak berhasil. Gambar menunjukkan pantulan sinyal Philae menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Philae pertama kali mendarat di wilayah komet yang disebut Agilkia, sebelum memantulkan sinyal dalam dua jam. Ia kemudian bertabrakan dengan tepi tebing dan meraba-raba melintasi komet menuju lokasi pendaratan kedua.

Philae akhirnya berhenti di Abydos, area seperti gua yang terlindung. Kesalahan kedua Philae sebenarnya yang menarik perhatian para ilmuwan untuk penelitian ini. Saat menghantam komet untuk kedua kalinya, Philae mengikis permukaan batuan luar angkasa, memperlihatkan lapisan es dari saat komet pertama kali terbentuk.

Sebelum pendaratan darurat Philae, es ini belum pernah terpapar radiasi Matahari. Sebaliknya, ia tetap terlindungi di bawah permukaan komet yang berdebu.

"Philae telah meninggalkan kami dengan satu misteri terakhir yang menunggu untuk dipecahkan,” kata Laurence O'Rourke, yang memimpin tim  menemukan Philae, dalam sebuah pernyataan dilansir dari inverse pada Jumat (30/10).

"Sangat penting untuk menemukan situs mendaratnya karena sensor di Philae menunjukkan situs itu di dalam permukaan, kemungkinan besar mengekspos es primitif yang tersembunyi di bawahnya, yang akan memberi kami akses yang tak ternilai ke es berusia miliaran tahun," ujar O'Rourke.

Terletak hanya 30 meter dari Philae, ada area es berukuran sekitar 3,5 meter persegi. Pada saat gambar diambil, cahaya matahari langsung menyinari es, yang membuatnya tampak lebih terang dari lingkungannya.

"Pendaratan Philae yang tidak menguntungkan dapat membantu menginformasikan misi masa depan ke komet lain yang mengorbit," ucap O'Rourke.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler