RI-Jerman Sempurnakan Kerja Sama Bisnis Inklusif Pariwisata

Pariwisata menjadi salah satu sektor pilihan dan andalan dalam pembangunan ekonomi.

Antara/Jojon
Pariwisata Indonesia (ilustrasi)
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja sama Indonesia dan Jerman dalam proyek Inovasi Investsi untuk Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan yang Inklusif (ISED) memasuki tahun keempat dan berakhir pada Juni 2021. Kedua negara sepakat untuk menyempurnakan kerja sama bisnis inklusif untuk pengembangan pariwisata di Lombok.

Baca Juga


Adapun kerja sama dua negara dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappennas/PPN) bersama  Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ).

Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappenas, Leonardo Adypurnama mengatakan, keberlanjutan manfaat kerja sama antara seluruh mitra dalam implementasi proyek melalui pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata di Lombok perlu dipupuk dan ditingkatkan ke skala nasional dan kebijakan.

Sebab, pariwisata menjadi salah satu sektor pilihan dan andalan dalam pembangunan ekonomi yang paling layak dan berkelanjutan. Ia menuturkan, bisnis inklusif merupakan pendekatan di mana masyarakat berada di piramida ekonomi yang paling dasar.  

"Masyarakat turut diikutsertakan dalam satu mata rantai usaha suatu perusahaan atau entitas usaha, baik sebagai pemasok, distributor, retailer dan konsumen yang bertujuan pada perubahan dan peningkatan ekonomi bagi kedua belah pihak," kata Leonardo dalam webinar yang digelar Senin (9/11).

Principal Advisor Project ISED, Ruly Marianti, mengatakan, seluruh kerja sama kedua lembaga diimplementasikan dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Baik dari sektor swasta, publik serta akademisi guna memastikan hasil capaian yang maksimal.

"Proyek ISED berupaya menghadapi tantangan dari sisi permintaan dengan berkerja secara erat dengan mitra dari sektor swasta,” kata dia.

Adapun, kata dia, beberapa implementasi proyek ISED diarusutamakan dalam bentuk pengembangan keterampilan. Salah satunya menggunakan implementasi pendekatan bisnis inklusif kepada penerima manfaat, seperti karyawan mitra proyek dan juga masyarakat desa.

Lebih lanjut, sejumlah kegiatan proyek ISED yang menggunakan pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata berkelanjutan bersama mitra swasta dapat ditemui dalam bentuk wisata kebugaran bersama Martha Tilaar Group, lalu membuka peluang kegiatan wisata dan tujuan wisata bersama Panorama Group dan Wise Steps Travel.

Selain itu, ada pula pengembangan potensi kopi bersama Indonesia Coffee Academy (ICA) di bawah naungan Anomali Group, pembelajaran praktik pertanian kopi yang baik bersama Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), pengembangan potensi lokal kuliner Lombok bersama Generasi Baru Dapur Indonesia (GBDI), serta mengembangkan potensi tujuan wisata yang ramah lingkungan bersama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika bersama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).

Ketua Desa Wisata Hijau Bilebante, Pahrul Azim mengungkapkan, desa yang ia pimpin sangat terbantu dengan implementasi proyek-proyek kerja sama bilateral Indonesia dan Jerman.

Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan dapat dirasakan oleh masyarakat desa, antara lain pengembangan keterampilan yang berujung pada perbaikan pendapatan keluarga. "Masih banyak pekerjaan rumah yang menanti Desa Bilebante agar lebih berkembang lagi, tapi kami optimis dengan keberlanjutan kerja sama yang sudah terjalin," kata dia. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler